Mengenal Tradisi Ruwatan, Budaya Potong Rambut Gimbal di Wonosobo

- 31 Mei 2023, 23:38 WIB
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, memotong rambut gimbal pada salah satu anak dalam tradisi ruwatan pemotongan rambut gimbal di Candi Arjuna, Dieng
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, memotong rambut gimbal pada salah satu anak dalam tradisi ruwatan pemotongan rambut gimbal di Candi Arjuna, Dieng /Humas Pemprov Jateng/

 

KABAR WONOSOBO - Tradisi pemotongan rambut gimbal ini awalnya berasal dari dataran tinggi Dieng. Kemudian tradisi ini menyebar ke beberapa desa yang ada di Wonosobo, salah satunya yaitu Desa Tlogojati.

Menurut masyarakat terdahulu, rambut gimbal ini merupakan titisan dari Kyai Kolodete, yang merupakan tokoh pendiri Wonosobo yang mempunyai rambut gimbal.

Masyarakat yang mempunyai rambut gimbal secara alami ini harus memotong rambutnya dengan melakukan upacara adat.

Baca Juga: Ballon Culture Festival Sukses Digelar Jaga Tradisi Sekaligus Keselamatan Penerbangan

Tradisi pemotongan rambut gimbal ini bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak yang berambut gimbal dari malapetaka. 

Tradisi pemotongan rambut gimbal ini memiliki berbagai macam keunikan, di antaranya yaitu orang tua wajib memenuhi permintaan dari sang anak yang akan dipotong rambut gimbalnya dan jika tidak dipenuhi permintaannya maka rambut gimbalnya akan tumbuh kembali.

Prosesi tradisi pemotongan rambut gimbal ini digelar hampir mirip dengan acara pernikahan, yaitu dengan cara mengundang semua keluarga dan masyarakat setempat.

Baca Juga: WAJIB! 3 Tradisi Bulan Ramadhan yang Sering Dilakukan Orang Indonesia dan Sempat Hilang Saat Pandemi Covid-19

Sebelum tradisi pemotongan dimulai, orang yang akan melakukan tradisi ini wajib melengkapi berbagai macam persyaratan seperti, sisir, gunting, payung, cermin, kain kafan, ingkung (wajib dimasak secara dipanggang), nasi golong (nasi yang dibentuk bulat-bulat seperti bola tenis), buju rombyong, ambeng (nasi yang diletakkan di dalam piring secara penuh), dan juga sesaji yang diletakkan pada tiang utama berdirinya rumah (saka penggeret).

Adapun sesajinya yaitu berupa pisang, krecek, opak, tempe, tahu, tembakau, kinang, dan jajanan pasar yang dibungkus menggunakan daun kebek dan diletakkan di atas saka penggeret.

Sesaji tersebut tidak boleh diambil dan harus dibiarkan sampai ada hajatan lagi. Alasannya yaitu sebagai bentuk berbakti kepada orang tua empat.

Baca Juga: Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang

Semua persyaratan itu nanti dijadikan satu dengan permintaan dari sang anak dan diletakkan di sampingnya saat rambutnya akan dipotong.

Lalu, sang anak dipangku oleh ibunya, dan dipayungi oleh bapaknya, baru prosesi pemotongan ini dimulai dengan diiringi bacaan selawat nabi. Kemudian, rambut gimbal yang sudah dipotong tadi dibungkus menggunakan kain kafan dan dikubur oleh orang tuanya.

Setelah acara pemotongan ini selesai, tuan rumah melakukan slametan atau doa bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang telah Allah berikan.

Baca Juga: 11 Tradisi Unik Perayaan Valentine Dari Berbagai Negara di Dunia

Doa bersama ini dipimpin oleh tokoh agama di satu lingkungan, dan tuan rumah biasanya menyiapkan berbagai macam makanan inti seperti, jajanan pasar, nasi tumpeng, ingkung ayam, dan lain-lain. Lalu, ketika para tamu undangan mau pulang biasanya akan mendapatkan bungkusan makanan (berkat). 

Tradisi pemotongan rambut gimbal di desa Tlogojati dan di dataran tinggi Dieng ini memang agak sedikit berbeda. Salah satunya yaitu, tradisi pemotongan rambut gimbal yang ada di desa Tlogojati ini dilaksanakan sendiri oleh orang tua masing-masing.

Sedangkan di dataran tinggi Dieng, tradisi ini dilaksanakan secara serentak di acara Dieng Culture Festival. Dalam tradisi pemotongan rambut gimbal ini banyak mengandung nilai-nilai dakwah seperti, jiwa tolong menolong yang timbul bagi masyarakat saat diadakannya tradisi pemotongan rambut gimbal, rasa empati yang tinggi terhadap masyarakat setempat.

Baca Juga: Simak 8 Tradisi Tahun Baru Imlek, Makna dan Penjelasan Tradisi yang Dilakukan Saat Perayaan Imlek

Dengan masih dilestarikannya tradisi ini oleh masyarakat Desa Tlogojati, berarti mereka masih memegang teguh akan tradisi-tradisi dari nenek moyangnya.

Seiring dengan adanya perkembangan zaman dan juga tata caranya mulai mengalami pergeseran, akan tetapi hakikat atau inti pokok dari prosesi tradisi tersebut tetap sama dan masyarakat juga telah meyakini bahwa tradisi tersebut sudah menjadi tradisi yang sangat penting.***

Artikel ini merupakan hasil korespondensi dari Syifa Indriastuty untuk mendukung literasi budaya dan pariwisata Wonosobo

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Ahmad Taqwin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x