KABAR WONOSOBO – Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahapan pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan istilah pernikahan.
Pada kenyataannya, penerapan proses pacaran tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya.
Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi berpacaran.
Baca Juga: Kenali Ciri Wanita Setia Dilihat dari Sifat Hariannya Sebelum Menjalin Hubungan
Sementara budaya pacaran sendiri sebenarnya lebih kepada ‘berasal dari mana’ dan ‘bagaimana proses pertama kalinya’.
Dahulu, di masyarakat Melayu khususnya, ada budaya memakaikan pacar air atau biasa disebut ‘inai’.
‘Pacar’ sendiri berasal dari sebutan pewarna kuku tersebut yang dipakai pada dua orang muda mudi yang ketahuan saling tertarik oleh keluarganya.
Baca Juga: 4 Cara Ampuh Meminta Maaf pada Pasangan Agar Hubungan Selalu Harmonis
Biasanya sang pemuda mengirimkan sinyal tertariknya dengan mengirim tim pembaca pantun untuk sang gadis pujaannya.
Apabila pantun yang dibawakan oleh tim pantun dari pihak pria tersebut disambut oleh pihak gaids, maka selanjutnya kedua orang tua gadis maupun pria akan memakaikan pacar atau inai ke tangan pemuda dan gadis tersebut.
Setelah dipakaikannya pacar di tangan keduanya, pemuda dan gadis tersebut sudah bisa dibilang memiliki hubungan.
Baca Juga: Kata-kata Cinta Penuh Makna yang Bisa Kamu Kirim ke Pacar
Hubungan yang telah terjalin antara pemuda dan gadis inilah yang disebut dengan istilah ‘pacaran’.
Sebutan itu pun masih digunakan hingga saat ini pada dua insan yang tengah menjalin hubungan asmara.
Perlu diketahui bahwa pada zaman dulu, budaya pacaran sangat berbeda dengan muda-mudi saat ini.
Baca Juga: Kekasih Harley Quinn, Poison Ivy Resmi Dimunculkan Lewat Batwoman yang Tayang November 2021
Meski keduanya dinyatakan menjalin hubungan ‘pacaran’, mereka tidak terang-terangan memamerkan kemesraan di depan umum.
Keduanya akan sangat terjaga selama menjalin hubungan ‘pacaran’ sebelum pernikahan terjadi.
Sementara, inai yang dipakaikan pada kedua muda-mudi ini akan bertahan dalam jangka waktu tiga bulan.
Untuk itu selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis.
Jika sampai inai di tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan lelaki lain.***