Sinopsis Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak: dari Epos Mahabharata hingga Kerusukan G30S PKI

- 27 September 2023, 20:20 WIB
Sinopsis dan ulasan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang singgung tragedi G30S PKI.
Sinopsis dan ulasan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang singgung tragedi G30S PKI. /@laksmiwriter

Amba tidak hanya fiksi yang membahas mengenai kisah cinta tragis di antara Amba dan Bhisma. Namun, juga membahas dengan apik dan epik tentang kepelikan politik memuakkan, prinsip hidup, hingga kebebasan. Melalui kisah Amba dan kedua adik kembarnya, Ambika dan Ambalika yang dibesarkan dalam budaya Jawa yang kental, Laksmi Pamuntjak juga memberikan kritik dalam buyada dan mitos.

Baca Juga: Sinopsis Gadis Kretek, Serial Netflix Adaptasi Novel yang Dibintangi Dian Sastro

Laksmi Pamunjtak memberikan kritik atas “budaya” terkait perempuan Jawa yang dituntut untuk selalu ‘dipingit’ selalu ‘manut’ sebab mitos yang mengatakan demikian. Namun, Amba mendobraknya. Amba adalah perempuan yang bebas. Sementara Bhisma dalam novel ini menjelma menjadi seorang dokter dengan ilmu tinggi, idealis, dan petualang.

Amba adalah novel setebal 500-an halaman yang tidak hanya menyajikan akhir dari kisah cinta Amba dan Bhisma yang terpisah berkat tragedi G30S PKI, tentang kerelaan Salwa yang gagal meminang Amba, serta tentang pembahasan politik, sejarah, dan sebagainya yang mengenang.

Laksmi Pamuntjak sukses merangkai kisah berdasarkan epos Mahabharata, Amba, putri dari Kasi yang dicampakkan dan seumur hidup menyimpan dendam yang meluap-luap kepada Bhisma. Hingga ia, melalui Srikandhi, menjemput maut Bhisma Dewabrata, kesayangan para dewa. Kisah masyhur itu menjelma menjadi Amba-Bhisma di tahun 1965, di tengah gempuran peristiwa paling bersejarah di Indonesia yaitu G30S PKI yang penuh gejolak, enak untuk dibaca, runut untuk diikuti, dan tetap mengingatkan bahwa negara ini menyembunyikan luka mengerikan.

Contoh kutipan novel Amba

Baca Juga: Segera Jadi Series Adaptasi Netflix, Simak Sinopsis Lengkap Novel 'Gadis Kretek' Ratih Kumala

  1. Tapi fitnah itu telah menjadi fakta karena tak ada yang pernah membantahnya. (hal. 70)
  2. Sejarah adalah lelucon yang penuh akal bulus. Kita tak pernah tahu kapan punch line-nya akan tiba. (hal. 74)
  3. Perkawinan tak banyak bedanya dengan politik. Lewat Ibu ia belajar: perkawinan adalah tahu bagaimana membaca perubahan, kapan memulai kapan berhenti, kapan berbicara kapan mendengar. (hal. 110)
  4. Politik memang bukan tentang apa yang benar. Politik adalah bagaimana kita bisa salah dengan benar. (hal. 111)
  5. “Eyangmu juga selalu bilang, memasak tak ubahnya perkawinan. Belajar menunggu, dan jangan sekali pun memasukkan tanganmu ke dalam air yang keruh.” (hal. 131)
  6. Dan ia akan menang. Untuk menang, ia harus tahu kapan mengalah. (hal. 135)
  7. Orang-orang biasa seperti dirinya tak bertanya. Mereka tak berhak. Mereka hanya pelengkap Tuhan, hantu, dan ilmu hitam. (hal. 137)
  8. Atau ini yang dinamakan tahap menjadi dewasa-bijaksana untuk tidak memaksa tapi menolak untuk dipaksa? (hal. 163)
  9. Perjalanan: melatih diri untuk tetap menjaga jarak seraya berbagi begitu banyak. (hal. 181)
  10. Bagaimana mungkin menyebut diri mereka bahagia dalam cinta, tapi ekspresi wajah mereka seperti mayat-mayat hidup? (hal. 248)

Demikian sinopsis, ulasan singkat, dan beberapa contoh kutipan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak. Amba sukses menjadi salah satu novel roman sejarah karya sastrawan Indonesia, khususnya sastrawan perempuan Indonesia, yang apik.

Baca Juga: Menilik Kisah Cinta Terhalang Kerusuhan PKI di Antara Amba dan Bhisma di Novel 'Amba' Laksmi Pamuntjak

Halaman:

Editor: Khaerul Amanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah