Sinopsis Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak: dari Epos Mahabharata hingga Kerusukan G30S PKI

- 27 September 2023, 20:20 WIB
Sinopsis dan ulasan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang singgung tragedi G30S PKI.
Sinopsis dan ulasan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak yang singgung tragedi G30S PKI. /@laksmiwriter

KABAR WONOSOBO - Menggunakan kisah para karakter utama di epos Mahabharata, Laksmi Pamuntjak menulis kisah cinta yang berakhir tragis di antara Amba dan Bhisma di novel berjudul Amba. Mengambil latar di tahun 2006 dan ketika tragedi G30S PKI terjadi di Indonesia. Berikut ini adalah sinopsis, ulasan singkat, dan contoh kutipan dari novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

Sebelumnya, novel Amba yang membesarkan nama Laksmi Pamuntjak sendiri merupakan karya sastra yang rilis pada tahun 2013 silam. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Amba dari Laksmi Pamuntjak juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul The Question of Red. Novel ini menggunakan dua karakter utama dalam epos Mahabharata sebagai karakter utama. Keduanya adalah Amba dan Bhisma.

Blurb atau sinopsis belakang novel Amba

Baca Juga: Sinopsis dan Ulasan Singkat Novel Larung - Ayu Utami: Salah Satu Pelopor Sastra Wangi di Indonesia

Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari orang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali. Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah.

“Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.” Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.

Ulasan singkat novel Amba

Membaca novel Amba karya Laksmi Pamuntjak turut membawa pembaca untuk menyusuri banyak hal. Membaca kisah Amba dan Bhisma di novel yang diterbitkan pula dengan judul The Question of Red ini membawa pembaca unutuk meragukan banyak hal. Mulai dari prinsip hidup hingga kebenaran sejarah di balik salah satu peristiwa paling berdarah di Indonesia, G30S PKI.

Novel karya Laksmi Pamuntjak ini berhasil membawa pembaca untuk menelusuri kisah Amba, sulung dari tiga bersaudara yang bertemu dengan sosok Bhisma. Keduanya sendiri diambil dari dua karakter dalam salah satu epos terkenal di Indonesia, Mahabharata.

Amba tidak hanya fiksi yang membahas mengenai kisah cinta tragis di antara Amba dan Bhisma. Namun, juga membahas dengan apik dan epik tentang kepelikan politik memuakkan, prinsip hidup, hingga kebebasan. Melalui kisah Amba dan kedua adik kembarnya, Ambika dan Ambalika yang dibesarkan dalam budaya Jawa yang kental, Laksmi Pamuntjak juga memberikan kritik dalam buyada dan mitos.

Baca Juga: Sinopsis Gadis Kretek, Serial Netflix Adaptasi Novel yang Dibintangi Dian Sastro

Laksmi Pamunjtak memberikan kritik atas “budaya” terkait perempuan Jawa yang dituntut untuk selalu ‘dipingit’ selalu ‘manut’ sebab mitos yang mengatakan demikian. Namun, Amba mendobraknya. Amba adalah perempuan yang bebas. Sementara Bhisma dalam novel ini menjelma menjadi seorang dokter dengan ilmu tinggi, idealis, dan petualang.

Amba adalah novel setebal 500-an halaman yang tidak hanya menyajikan akhir dari kisah cinta Amba dan Bhisma yang terpisah berkat tragedi G30S PKI, tentang kerelaan Salwa yang gagal meminang Amba, serta tentang pembahasan politik, sejarah, dan sebagainya yang mengenang.

Laksmi Pamuntjak sukses merangkai kisah berdasarkan epos Mahabharata, Amba, putri dari Kasi yang dicampakkan dan seumur hidup menyimpan dendam yang meluap-luap kepada Bhisma. Hingga ia, melalui Srikandhi, menjemput maut Bhisma Dewabrata, kesayangan para dewa. Kisah masyhur itu menjelma menjadi Amba-Bhisma di tahun 1965, di tengah gempuran peristiwa paling bersejarah di Indonesia yaitu G30S PKI yang penuh gejolak, enak untuk dibaca, runut untuk diikuti, dan tetap mengingatkan bahwa negara ini menyembunyikan luka mengerikan.

Contoh kutipan novel Amba

Baca Juga: Segera Jadi Series Adaptasi Netflix, Simak Sinopsis Lengkap Novel 'Gadis Kretek' Ratih Kumala

  1. Tapi fitnah itu telah menjadi fakta karena tak ada yang pernah membantahnya. (hal. 70)
  2. Sejarah adalah lelucon yang penuh akal bulus. Kita tak pernah tahu kapan punch line-nya akan tiba. (hal. 74)
  3. Perkawinan tak banyak bedanya dengan politik. Lewat Ibu ia belajar: perkawinan adalah tahu bagaimana membaca perubahan, kapan memulai kapan berhenti, kapan berbicara kapan mendengar. (hal. 110)
  4. Politik memang bukan tentang apa yang benar. Politik adalah bagaimana kita bisa salah dengan benar. (hal. 111)
  5. “Eyangmu juga selalu bilang, memasak tak ubahnya perkawinan. Belajar menunggu, dan jangan sekali pun memasukkan tanganmu ke dalam air yang keruh.” (hal. 131)
  6. Dan ia akan menang. Untuk menang, ia harus tahu kapan mengalah. (hal. 135)
  7. Orang-orang biasa seperti dirinya tak bertanya. Mereka tak berhak. Mereka hanya pelengkap Tuhan, hantu, dan ilmu hitam. (hal. 137)
  8. Atau ini yang dinamakan tahap menjadi dewasa-bijaksana untuk tidak memaksa tapi menolak untuk dipaksa? (hal. 163)
  9. Perjalanan: melatih diri untuk tetap menjaga jarak seraya berbagi begitu banyak. (hal. 181)
  10. Bagaimana mungkin menyebut diri mereka bahagia dalam cinta, tapi ekspresi wajah mereka seperti mayat-mayat hidup? (hal. 248)

Demikian sinopsis, ulasan singkat, dan beberapa contoh kutipan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak. Amba sukses menjadi salah satu novel roman sejarah karya sastrawan Indonesia, khususnya sastrawan perempuan Indonesia, yang apik.

Baca Juga: Menilik Kisah Cinta Terhalang Kerusuhan PKI di Antara Amba dan Bhisma di Novel 'Amba' Laksmi Pamuntjak

Dapatkan update berita pilihan di link Google News kami. Mari bergabung di Grup Telegram "APA KABAR WONOSOBO?" caranya klik link https://t.me/kabarwonosobo kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.***

Editor: Khaerul Amanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah