Muncul di Drama ‘Tomorrow’ Episode 13, Sejarah Kelam di Balik Patung Perdamaian di Seoul, Korea Selatan

- 16 Mei 2022, 20:45 WIB
Sejarah kelam di balik patung perdamaian di Korea Selatan
Sejarah kelam di balik patung perdamaian di Korea Selatan /pinterest
 
KABAR WONOSOBO - Drama Korea Tomorrow telah memasuki episode ke 13 pada Jumat, 13 Mei 2022.

Pada episode 13, Drama Tomorrow menceritakan tentang persahabatan dua gadis di era tahun 1930an.

Drama Tomorrow episode 13 ini bercerita tentang Bok Hui dan Yun-I yang berpisah karena pendudukan Jepang di Korea Selatan selama masa Perang Dunia II.

Baca Juga: Buku Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982 Karya Cho Nam Joo, Gambarkan Budaya Patriarki di Korea Selatan

Wanita tua bernama Bok Hui selalu mendatangi sebuah patung berbentuk seorang gadis yang duduk sendirian di tengah kota.

Bok Hui selalu teringat oleh sahabatnya Yun-I dan merasa bersalah atas nasib pelik Yun-I yang dipaksa menjadi wanita penghibur bagi tentara Jepang kala itu.

Ternyata, patung yang disebut sebagai monumen perdamain tersebut memang ada di Seoul, Korea Selatan.

Baca Juga: Resmi, Tradisi Lisan Wonosobo Wayang Othok Obrol Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya TakBenda

Patung berbentuk seorang gadis yang duduk sendirian di atas bangku tersebut berada di depan Gedung Kedutaan Jepang di Seoul.

Patung anak perempuan tersebut merepresentasikan tuntutan permohonan maaf atas kejahatan perang yang dilakukan Jepang terhadap gadis-gadis muda Korea selama Perang Dunia II.

Patung tersebut dibuat pada Desember 2011 sebagai monumen pengingat atas kebrutalan Jepang menjadikan para gadis muda di Korea dan Asia-Pasifik sebagai budak seks.

Baca Juga: Resmi, Tradisi Lisan Wonosobo Wayang Othok Obrol Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya TakBenda

Berpakaian tradisional Korea yang disebut hanbok dengan tangan terkepal, patung ini melambangkan kegigihan tekad para gadis muda untuk bertahan meski di situasi yang sulit.

Burung yang hinggap di pundak merupakan keinginan para korban ‘comfort women’ untuk bisa bebas dari penderitaan.

Para korban perbudakan seks tentara Jepang ini mengalami masa kelam selama pendudukan Jepang di Korea.

Baca Juga: Filosofi Ganti Nama dalam Budaya Thailand, Dilakukan Lisa BLACKPINK Agar Jadi Idol YG Entertainment

Mereka disiksa, dipaksa melayani nafsu para tentara, bahkan dibunuh ketika mencoba kabur dari rumah penampungan.

Bahkan setelah kembali ke masyarakat pun, mereka masih menerima perlakuan buruk dari masyarakat sekitar karena dianggap sebagai wanita penghibur.

Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada sekitar 200.000 wanita yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama penjajahan pasukan Imperial Jepang.

Baca Juga: 3 Tradisi Budaya di Bulan Ramadhan Lekat dan Pasti Pernah Dilakukan Orang Indonesia

Dikutip Kabar Wonosobo dari korea.net, Kim Hak Soon merupakan wanita pertama yang mengungkapkan sejarah kelam tersebut ke publik pada tahun 1997.

"Saya Kim Hak-soon. Saya diculik pada usia 16 tahun oleh tentara Jepang untuk menjadi wanita penghibur,” ungkapnya dalam sebuah wawancara.

Wawancara tersebut menjadi awal terungkapnya sejarah kelam yang telah lama disembunyikan oleh para korban.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Chand Raat di Pakistan, Budaya Melihat Bulan hingga Berhias Henna

Sejak saat itu, para penyintas perbudakan seksual Jepang mulai meminta keadilan dan menuntut permintaan maaf dari pemerintah Jepang.

Namun permintaan maaf dan pengakuan yang diharapkan dari pemerintah Jepang tidak pernah terjadi. ***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Korea.net


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah