Dwikorita, lantas memperingatkan bahwa musim hujan yang lebih awal bisa berdampak pada aktifnya ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang hingga tanah longsor.
"Triple Dip La Nina adalah fenomena unik. Masyarakat dan pemerintah pusat hingga daerah perlu mewaspadai terjadinya bencana hidrometeorologi basah seperti banjir bandang, angin kencang, tanah longsor, dan lain sebagainya," ucap Dwikorita Karnawati menerangkan penjelasan.
Baca Juga: Jakarta Banjir, 92 RT Terendam Luapan Sungai Usai Diguyur Hujan Deras
Kemudian berikutnya, musim hujan harus menimbulkan sikap waspada pada kehadiran penyakit musiman.
"Yang perlu juga diwaspadai adalah penyakit yang biasa muncul di musim hujan, mulai dari diare, demam berdarah, Leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, dan lain sebagainya. Semua harus bersiap," ucapnya lagi.
Untuk diketahui, La Nina, tanpa Triple-Dip, merupakan fenomena yang terjadi di Samudera Pasifik, saat suhu permukaan laut menjadi sangat dingin.
Baca Juga: Hujan Disertai Angin Kencang di Selokromo, Leksono, Wonosobo Robohkan Rumah dan Jebol Tembok Warga
Namun, dinginnya Samudra Pasifik justru membuat perairan Indonesia memiliki SML yang hangat.
Akhirnya, awan-awan di atas langit Indonesia akan meningkatkan curah hujan.
Sementara itu, fenomena La Nina Triple-Dip ternyata pernah terjadi di Indonesia pada tahun-tahun 1973-1975 dan 1998-2001.***