Mengenal Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Kota Semarang

- 17 Maret 2023, 08:19 WIB
Semarang Jawa Tengah punya tradisi jelang Ramadhan yang menarik, yaitu Dugderan.
Semarang Jawa Tengah punya tradisi jelang Ramadhan yang menarik, yaitu Dugderan. /dok Humas Pemkot Semarang.

 Baca Juga: Resep Es Pisang Ijo khas Makassar, Ide Jualan Takjil Ramadhan 2023

Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat kemudian memilih pesta rakyat sebagai tradisi guna menengahi terjadinya perbedaan dalam menentukan jatuhnya awal puasa.

Nama "dugderan" sendiri merupakan onomatope dari suara pukulan bedug dan dentuman meriam, sebagai tanda dimulainya bulan Ramadhan.

Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat menghelat upacara dengan membunyikan suara bedug (dengan bunyi dug) sebagai puncak "awal bulan puasa" sebanyak 17 (tujuh belas) kali dan diikuti dengan suara dentuman meriam (dengan bunyi der) sebanyak 7 kali.

Perpaduan bunyi bedug dan meriam tersebut yang kemudian membuat tradisi tersebut diberi nama "dugderan". Pesta rakyat dugderan juga dihelat dengan menampilkan maskot yang dikenal dengan Warak Ngendog.

 Baca Juga: Peringati HUT Dan Sambut Ramadhan, Persit Gelar Pengajian Dan Doa Bersama

Perayaan dugderan tidak hanya diisi dengan penampilan Warak Ngendok saja, tetapi juga terdapat pasar malam yang menjual aneka barang terutama kebutuhan rumah tangga. Pasar ini hampir mirip dengan pasar yang ada dalam perayaan sekaten di Yogyakarta, bedanya Sekaten di Yogyakarta digelar guna memperingati bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain sebagai sarana hiburan, tradisi Dugderan juga digunakan sebagai sarana dakwah Islam.

Pemukulan bedug dalam perayaan dugderan menjadi konsensus sebagai justifikasi ketetapan jatuhnya tanggal 1 bulan Ramadhan, sehingga menengahi perbedaan antar umat Islam.

Halaman:

Editor: Khaerul Amanah

Sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x