KABAR WONOSOBO - Pada 3 Maret 2023, Netflix menayangkan sebuah serial dokumenter berjudul “In The Name Of God: A Holy Betrayal”.
Menampilkan kasus sekte di Korea Selatan yang cukup grafis, In The Name Of God: A Holy Betrayal sukses membuat penonton bergidik.
In The Name Of God: A Holy Betrayal mengangkat nama Park Soon Ja, pemimpin sekte yang juga dikenal sebagai direktur perusahaan Lima Samudra.
Baca Juga: Setelah In The Name Of God: A Holy Betrayal Dirilis Netflix, Bagaimana Nasib Maple Yip Sekarang?
Wanita tersebut mengaku sebagai nabi dan meminta para pengikutnya untuk menyetor sejumlah uang kepadanya.
Hingga pada 29 Agustus 1987, ditemukan 32 mayat termasuk Park Soon Ja di loteng sebuah pabrik di Gyeonggi-do Korea Selatan.
Siapakah Park Soon Ja?
Park Soon Ja adalah CEO dari perusahaan kerajinan tangan bernama Lima Samudra yang beroperasi di Daejeon, Korea Selatan.
Park Soon Ja dikenal sebagai “ibu dari anak yatim” karena ia diyakini memiliki sebuah panti asuhan dengan fasilitas terbaik di Negeri Ginseng.
Suami Park Soon Ja adalah direktur biro konstruksi yang cukup kaya dan berpengaruh. Menggunakan uang dan pengaruh yang ia miliki, Lima Samudra kemudian berkembang menjadi kelompok agama.
Wanita yang kemudian mengaku sebagai nabi tersebut juga menjalankan perusahaan perdagangan di mana ia mengambil uang dari orang-orang dan mengembalikannya kepada mereka dengan tingkat bunga yang sangat tinggi dibandingkan dengan pasar.
Baca Juga: Link Nonton Docuseries In The Name Of God: A Holy Betrayal dan 4 Kasus Seram yang Dibahas
Banyak karyawannya juga menjadi krediturnya karena tergoda dengan bunga sebesar 20 hingga 40 persen yang diiming-imingi oleh Park Soon Ja.
Namun kemudian, investasi yang awalnya menggiurkan tersebut berubah menjadi mimpi buruk ketika Soon Ja tidak mengembalikan uang krediturnya.
Terungkap pula bahwa anak-anak yang diklaimnya sebagai anak yatim piatu adalah anak-anak dari karyawannya yang dititipkan pada Park Soon Ja. Tempat itu bukanlah panti asuhan, melainkan tempat penitipan anak.
Bunuh Diri Massal Lima Samudra
Peristiwa pasti kasus bunuh diri massal Lima Samudra masih diperdebatkan oleh pihak penyidik dan saksi.
Ketika seorang pria dipukuli ketika meminta uangnya kembali, untuk pertama kalinya polisi mulai menyelidiki perusahaan tersebut.
Tidak lama berselang, para pekerja dan Park Soon Ja hilang dan baru ditemukan tewas dengan luka jerat di leher pada 29 Agustus 1987.
Baca Juga: Penjelasan Docuseries In The Name Of God: A Holy Betrayal, Siapakah Maple Yip?
Spekulasi muncul mengenai kematian massal 32 orang di langit-langit pabrik tersebut, dari bunuh diri massal hingga pembunuhan.
Namun terungkap bahwa uang sebesar 10 miliar won yang dipinjam Park Soon Ja dari karyawannya telah raib.
Penyelidikan terhadap kematian massal tersebut mengungkap bahwa Lima Samudra hanyalah kedok dari perusahaan perdagangan bernama Sanwoo yang dimiliki oleh Yoo Byeong Un.
Bukan orang biasa, Yoo Byung Un juga merupakan pemimpin Gereja Baptis Injil Korea Selatan.
Lima Samudra dan Park Soon Ja merupakan salah satu perusahaan yang bertugas mengumpulkan uang untuk Yoo Byeong Un dan mentransfernya dari waktu ke waktu.
Park Soon Ja telah meminta bantuan Byeong Un ketika dia berhutang, tetapi dia menolak memberikan uangnya karena dia mengatakan bahwa Samwoo juga dalam masalah finansial.
Diduga karena itulah Park Soon Ja mengakal pengikutnya untuk bersembunyi kemudian bunuh diri.
Byeong Un dituntut karena melakukan penipuan keuangan dan dijatuhi hukuman empat tahun.
Pada tahun 2014, kapal ferry Sewol yang dimiliki Byeong Un mengalami kecelakaan dan ia ditemukan meninggal secara misterius di sebuah bukit. ***