Mengenal Naegleria Fowleri atau Amuba Pemakan Otak, Berikut Penyebab dan Gejalanya

29 Desember 2022, 19:16 WIB
Ilustrasi amuba /Monstera/Pexels

KABAR WONOSOBO – Korea Selatan mengumumkan kasus pertama dari Naegleria fowleri atau “amoeba pemakan otak,” pada hari Senin, 26 Desember 2022. 

Infeksi akibat dari Naegleria fowleri atau ameba pemakan otak ini disebut sebagai meningoensefalitis amubik primer. Sesuai dengan namanya, amoeba ini akan menghancurkan jaringan otak orang yang terinfeksi. 

Warga Korea Selatan yang terkena infeksi Naegleria fowleri merupakan pria berusia 50 tahun yang baru saja pulang dari Thailand setelah tinggal empat bulan.

Baca Juga: Apa Itu Flu Tomat? Simak Penjelasan Infeksi Virus yang Menyebar pada Anak-Anak di India 

Warga Korea Selatan yang terkena infeksi Naegleria fowleri itu masuk ke Korea pada tanggal 10 Desember 2022, sehari setelahnya Ia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sakit kepala, muntah, pegal di leher, dan bicara cadel. 

10 hari setelah menunjukkan gejala infeksi, tepatnya pada tanggal 21 Desember 2022, pria itu meninggal dunia. 

Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Spesies amoeba Naegleria fowleri merupakan satu-satunya spesies dari amoeba Naegleria yang dapat menginfeksi manusia. 

Baca Juga: BREAKING NEWS: Menteri Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Sempat Derita Infeksi Paru 

Infeksi oleh ameba ini pertama kali ditemukan pada tahun 1965 di Australia, dengan wilayah yang umumnya terdapat perairan air tawar hangat. 

Amoeba Naegleria fowleri ini menginfeksi otak manusia dengan cara masuk melalui lubang hidung, lalu setelahnya akan bergerak menuju otak manusia.

Saat sudah masuk di otak, amoeba ini akan menyebabkan infeksi berbahaya yang disebut meningoensefalitis amubik primer. 

 Baca Juga: 'Florona' Infeksi Ganda COVID-19 dan Influenza Ditemukan di Israel

Amoeba Naegleria fowleri dapat masuk ke hidung manusia, saat manusia berenang, menyelam, mencelupkan kepala ke air tawar, bahkan ada kasus yang hanya karena membersihkan hidung dengan air tawar yang terkontaminasi. 

Amoeba ini tinggal atau berada di perairan yang hangat, terlebih dengan perubahan iklim peningkatan suhu global yang terjadi pada bumi saat ini, menyebabkan amoeba pemakan otak semakin tumbuh subur.

Berbagai faktor yang menyebabkan naiknya suhu permukaan air, seperti kandungan karbon dioksida yang meningkat di atmosfer dan gelombang panas, telah menciptakan lingkungan yang ideal bagi kehidupan amoeba.

 Baca Juga: Kronologi Temuan Kasus Pertama Infeksi Omicron di Indonesia Pada Petugas Kebersihan

Dijelaskan bahwa ameba ini memiliki lingkungan perairan ideal saat suhu tinggi hingga 46ºC, bahkan bisa bertahan hidup di suhu yang lebih tinggi lagi. 

Terkait gejala yang dialami setelah terkena infeksi, CDC menyatakan bahwa tanda-tandanya akan muncul dari satu hingga 12 hari setelah terkena infeksi.

Pada saat awal, gejalanya seperti sakit kepala, mual, dan demam. Pada tahap yang lebih lanjut, seseorang yang terkena infeksi akan mengalami sakit leher, kejang, halusinasi, bahkan bisa sampai koma. 

Infeksi ini dapat menyebar dan menyebabkan kematian dengan cepat.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Indian Express

Tags

Terkini

Terpopuler