Apa Itu Pubertas Dini Pada Anak? Ini Pengertian, Gejala dan Penyebabnya

- 2 Januari 2023, 15:12 WIB
Pubertas dini pada anak.
Pubertas dini pada anak. /Freepik

KABAR WONOSOBO - Perkembangan anak menjadi hal penting yang harus diperhatikan orang tua, termasuk masa pubertasnya.

Tidak sedikit anak yang justru mengalami masa pubertas dini.

Sebagai orang tua alangkah baiknya untuk mengenali lebih lanjut tentang pubertas dini pada anak.

Baca Juga: 4 Shio Ini Diprediksi Bakal Makmur Di Tahun 2023

Pubertas dini atau disebut juga pubertas Prekoks adalah kondisi dimana anak bertumbuh kembang terlalu cepat untuk menjadi dewasa.

Anak perempuan biasanya mengalami masa pubertasnya pada usia 8 hingga 13 tahun.

Sedangkan anak laki-laki akan mengalami masa pubertas pada usia 9 hingga 14 tahun.

Baca Juga: Kalender Jawa Bulan Januari 2023 Lengkap Masehi, Weton dan Wuku

Namun ada beberapa kasus dimana anak mengalami masa pubertasnya justru di bawah usia tersebut, kondisi ini lah yang kemudian disebut pubertas dini.

Kondisi ini meliputi pertumbuhan dan perkembangan tulang dalam tubuh, perubahan bentuk dan ukuran tubuh, serta perkembangan kemampuan dan alat reproduksi.

Kasus pubertas dini memang masih terbilang langka, karena hanya terjadi pada satu dari 5.000 anak, masih banyak orang tua di luar sana yang belum menyadari pentingnya memahami masalah pubertas dini ini.

Baca Juga: Cocok dengan Khodam Jaran Goyang! 7 Weton Dipercaya Buat Mantan Gagal Move On

Kasus pubertas dini pada anak perempuan jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan anak laki-laki, perbandingan kasusnya adalah 10:1.

Gejala pubertas dini pada anak perempuan bisa terlihat dari beberapa hal, seperti pertumbuhan dada di usia 7-8 tahun, mengalami menstruasi yang lebih cepat yaitu sebelum usia 10 tahun serta perkembangan tubuh yang signifikan pada usia 7-8 tahun

Sedangkan pada anak laki-laki, gejala yang nampak adalah perkembangan dan pertumbuhan testis atau penis sebelum 9 tahun serta perkembangan tubuh signifikan sebelum 9 tahun.

Baca Juga: Kalender Jawa Bulan Desember 2022 Lengkap Weton Pasaran dan Wuku

Selain itu, terdapat beberapa gejala yang dapat dialami oleh semua anak yang mengalami pubertas dini, yakni:

1. Munculnya rambut halus pada bagian tubuh tertentu, seperti pada area ketiak atau kemaluan.
2. Perubahan suara.
3. Perubahan perilaku menjadi lebih dewasa.
4. Munculnya jerawat.
5. Adanya aroma tubuh yang khas.

Baca Juga: PSG Dihajar Lens 3-1, Tanpa Neymar dan Messi, Mbappe Tak Berkutik

Pubertas dini pada anak dapat terjadi karena 2 pemicu, yaitu:

1. Central Precocious Puberty

Pada hal ini, pubertas dini dipengaruhi oleh pelepasan hormon gonadotropin atau hormon yang mampu merangsang hormon esterogen pada perempuan, dan hormon testosteron pada laki-laki.

Secara pasti apa yang menjadi penyebab pelepasan hormon ini belum diketahui.

Namun, pelepasan hormon gonadotropin bisa terjadi karena, tumor pada otak atau sumsum tulang belakang, cacat otak saat dilahirkan, radiasi pada otak atau sumsum tulang belakang dan hipotiroidisme.

Baca Juga: Kartu Prakerja akan Segera Dibuka Kembali pada 2023? Insentifnya Naik Jadi 4,2 Juta hingga Skema Baru

2. Peripheral Precocious Puberty

Dalam kasus ini, penyebabnya bukan karena pelepasan hormon gonadotropin, melainkan disebabkan oleh gangguan kesehatan pada penderita pubertas dini. Seperti terdapat tumor pada kelenjar pituitari, indung telur, hingga sel penghasil sperma.

Selain 2 hal tadi, ada pemicu lain yang dapat meningkatkan risiko pubertas dini pada anak, yaitu:

1. Obesitas.

2. Kelainan genetik.

3. Paparan estrogen dan testosteron dari luar, seperti penggunaan salep atau krim pada kulit.

4. Prosedur radioterapi.

Baca Juga: Rekomendasi Objek Wisata Kahyangan Skyline Wonosobo Menarik untuk Liburan

Masih banyak orang tua di luar sana yang menganggap sepele cepatnya masa puber yang terjadi pada anak. Padahal kondisi ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada anak, seperti contohnya

1. Perkembangan fisik terhambat

Anak yang mengalami pubertas dini biasanya pada usia 9-10 tahun akan memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Namun semakin bertambah usia dan kematangan tulang, akan terjadi lebih cepat henti tumbuh. Sehingga anak pada akhirnya justru akan lebih pendek dibandingkan teman seusianya

2. Gangguan sosial emosi

Perubahan bentuk tubuh yang dialami oleh seorang anak dapat membuatnya malu dan stres karena merasa dirinya berbeda dari teman-teman sebayanya. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami depresi.

Baca Juga: PSG Dihajar Lens 3-1, Tanpa Neymar dan Messi, Mbappe Tak Berkutik

3. Risiko kanker payudara

Dilansir dari klikdokter.com berdasarkan Penelitian yang terbit dalam Journal of Adolescent Health pada September 2020 silam menemukan hubungan antara pubertas dini pada anak perempuan dan peningkatan risiko kanker payudara di kemudian hari.

Meski masih butuh studi lanjutan untuk memastikannya, keadaan tersebut harus diwaspadai sebelum benar-benar terjadi.

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu 'Give It To Me' Timbaland feat Nelly Furtado, Justin Timberlake

Walaupun tidak ada cara yang pasti untuk mencegah terjadinya pubertas dini, orang tua bisa mengajak anak-anaknya untuk menerapkan pola hidup yang sehat dalam kesehariannya.

Bagi orangtua yang menemukan gejala-gejala pubertas dini muncul pada anaknya, alangkah baiknya untuk segera konsultasi dengan dokter.

Serta jangan memberikan obat-obatan tanpa resep dari dokter, seperti krim atau obat-obatan yang mengandung hormon.***

Editor: Arum Novitasari

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x