Asosiasi Batik Wonosobo Sasar Millenial dan Generasi Z Siap Benahi Hulu-hilir Pasar Lokal

12 Februari 2021, 09:43 WIB
Pembentukan Asosiasi Batik Wonosobo berkantor di Batik Ratu Shima Mudal, Mojotengah, kabupaten Wonosobo, pada 28 Januari 2021 /KabarWonosobo.com/Erwin Abdillah

 

KABAR WONOSOBO – Sejak awal tahun 2000-an eksistensi kelompok pengrajin batik di Wonosobo mulai terlihat. Hingga kini sudah ada belasan kelompok yang aktif tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Namun banyaknya permasalahan di hulu hingga hilir masih menghantui pasar lokal. Padahal saat ini kualitas motif hingga pemilihan bahan dan seluruh proses  dinilai sudah jauh lebih baik ketimbang 5-10 tahun lalu.

Hal itu menjadi topik  dalam diskusi yang menandai dibentuknya Asosiasi Batik Wonosobo bertempat di Sekretariat Manggisan Indah, kelurahan Mudal kecamatan Mojotengah, Kamis siang (28/1/2021).

Diskusi dipantik salah satu desainer kenamaan Wonosobo, Alvin Aribowo bahwa tujuan utama dari keberadaan Asosiasi Batik Wonosobo untuk memajukan dan mensejahterakan kelompok batik lokal. Salah satu caranya diungkapkan Alvin dengan kolaborasi dan juga desain yang kekinian sesuai permintaan pasar dalam Asosiasi Batik Wonosobo.

Baca Juga: Sejauh Mata Memandang Terpukau Deretan Pegunungan View diBukit Sepondok Wisata Baru di Desa Keseneng Wonosobo

“Saat ini Batik harus bisa menjangkau pangsa pasar generasi Millenial dan generasi Z. Jadi perlu pembaruan yang tidak meninggalkan ciri khas dari masing-masing kelompok di 15 kecamatan. Di Wonosobo sudah  banyak kelompok dan ada 10 kelompok pembatik dan satu desainer yang membidani Asosiasi Batik wonosobo harapannya bisa terus dikembangkan untuk serius menggarap hulu sampai hilir industri batik lokal,” ungkap Alvin pendiri Butik Omah Tjilik.

Seremonial sederhana pembentukan Asosiasi Batik Wonosobo dihadiri perwakilan 10 kelompok dan satu desainer dan memilih ketua perdana dari Batik Ratu Shima, Solihatin Anisa. Jabatan ketua Asosiasi akan diganti tiap setahun sekali secara bergiliran dari tiap ketua kelompok pembatik.

“Di satu kelompok pembatik anggotanya ada sekitar lima sampai 25 orang. Sehingga industri ini memang menghidupi ratusan keluarga di Wonosobo. Salah satu hal yang jadi sorotan Asosiasi adalah di Wonosobo ini belum bisa sediakan batik murah untuk kebutuhan pakaian harian sehingga selalu kalah dengan pasokan dari daerah lain seperti Pekalongan. Semoga  lewat Asosiasi Batik Wonosobo kedepannya ada kesatuan visi hingga mendukung pemasaran yang jadi kunci pentingnya,” kata Anisa.

Baca Juga: Apel Bhabinkamtibmas dan Nakes Polres Wonosobo Disiapkan untuk Vaksinator dan Tracer Covid-19

Dijelaskan Anisa, momentum pembentukan asosiasi menjadi awal dari perjuangan kelompok, desainer, hingga seluruh bagian industri batik. Itu dilakukan  untuk memajukan usaha dan menghasilkan produk yang berkualitas.

Salah satu gerakan untuk mengangkat Batik Wonosobo tengah dilakukan lewat penawatan busana yang dikenakan untuk momentum hari jadi. Tepatnya di agenda Pisowanan Ageng, 24 Juli 2021 mendatang yang keseluruhan komponen busananya dikerjakan kelompok pembatik lokal.

“Fokus kami kedepan adalah menjadikan batik produksi Wonosobo merajai wilayah sendiri dan dicintai masyarakat. Berbagai motif batik lokal sebenarnya sudah dikenal luas, seperti motiv carica, betet, berbagai bunga khas hingga batik lukis. Semoga cita-cita menjadi sentra batik bisa terwujud,” ungkapnya.

Baca Juga: Aktivitas Gempa Vulkanik Gunung Sindoro Naik Tercatat 48 Kali Gempa Vulkanik, Status Gunung Api Masih Normal

Salah satu hal yang menjadi catatan penting Asosiasi Batik Wonosobo adalah keberadaan Klaster batik yang dibentuk pemkab dinilai harus meningkatkan upaya di bidang pemasaran atau menjalin koneksi dengan pembeli. Peranan Pemkab terutama dalam mendorong eksistensi batik lokal patut menjadi prioritas  seperti untuk busana kerja ASN hingga seragam sekolah.***

Editor: Erwin Abdillah

Tags

Terkini

Terpopuler