Ia adalah sosok yang menyatukan dua organisasi bulu tangkis dunia yang saat itu terpecah, yaitu International Badminton Federation (IBF) dan World Badminton Federation (WBF).
Hingga tahun 1978, kedua organisasi bulu tangkis dunia itu masih berkuasa dan menyebabkan dualisme kepengurusan dan menyebabkan keikutsertaan bulu tangkis dalam Olimpiade jadi terancam.
Melihat hal tersebut, Dick Sudirman akhirnya mengambil langkah untuk melakukan mediasi dengan pimpinan dari kedua organisasi dunia itu di Bandung, 28 Mei 1979.
Rekonsiliasi keduanya pun dimulai dan setelah berlalu selama 2 tahun, kedua federasi itu akhirnya bersatu.
Beberapa tahun kemudian Dick Sudirman mengembuskan napas terakhirnya, tepatnya pada 10 Juni 1986.
Wakil Presiden PBSI kala itu, Suharso Suhandinata meminta federasi bulu tangkis dunia membuat sesuatu untuk mengenang jasa Dick Sudirman.
Baca Juga: Piala Sudirman 2021: Pasangan Ganda Bulutangkis Indonesia Belum Terkalahkan
Usulan Suharso disetujui hingga pada akhirnya nama Dick Sudirman diabadikan menjadi nama salah satu pertandingan Bulu Tangkis yang cukup bonafit, Sudirman Cup.
Sudirman Cup sendiri digelar untuk pertama kali pada tahun 1989 di Istora Senayan, Jakarta, Indonesia dan diikuti oleh 28 tim peserta untuk memerebutkan sebuah trofi yang diberi nama Piala Sudirman.