Kisah Tan Peng Nio, Pendekar Wanita Keturunan Tionghoa yang Menyamar Jadi Prajurit Laki-Laki di Kebumen

- 28 Maret 2024, 16:09 WIB
Foto wanita yang diduga sebagai Tan Peng Nio
Foto wanita yang diduga sebagai Tan Peng Nio /Tangkap layar Instagram @agnesdavonar22/

KABAR WONOSOBO - Di daerah Kebumen, Jawa Tengah, ada sebuah makam tua yang berada di tengah sawah. Uniknya, di sana ada sebuah gapura bergaya arsitektur Tionghoa. Dari keterangan sebuah nisan, makam tua itu adalah milik R.A K.R.A.T Kalapaking III, atau bisa disebut Raden Ayu Tan Peng Nio. Siapa Tan Peng Nio?

Raden Ayu Tan Peng Nio merupakan seorang pejuang Indonesia keturunan Tionghoa. Ia ikut berperang dalam perang Geger Pecinan melawan tentara Belanda.

Tan Peng Nio merupakan anak dari Jenderal Tan Wan Swee. Sebelumnya, Tan Wan Swee berselisih pendapat dan melakukan pemberontakan yang gagal terhadap Kaisar Qian Long (1711-1799) dari Dinasti Qing.

Baca Juga: Review Film Perempuan Bergaun Merah, Film Horor Brutal Bernuansa Budaya Tionghoa

Ia kemudian menitipkan Tan Peng Nio kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri. Setelah pemberontakan itu gagal, Tan Peng Nio menjalani pelarian bersama Lia Beeng Goe ke Singapura, lalu berpindah ke Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).

Pada tahun 1741, terjadi sebuah huru-hara yang terkenal dengan nama Geger Pecinan. Saat itu, terjadi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh tentara VOC. Saat pembantaian itu terjadi, Lia Beeng Goe dan Tan Peng Nio mengungsi ke arah timur hingga tiba di Kutowinangun, Kebumen. Di sana mereka bertemu Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata.

Ketika terjadi peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757) atau Perang Kuning oleh Pangeran Garendri, Tan Peng Nio dikabarkan ikut bergabung ke dalam 200 tentara bentukan KRAT Kolopaking II yang dikirim untuk ikut membantu pasukan Garendri. Saat itu, Tan Peng Nio dikabarkan menyamar menjadi prajurit laki-laki.

Baca Juga: MULAN INDONESIA! Kisah The Sin Nio, Pahlawan Wanita Asal Wonosobo yang Menyamar Jadi Pria Demi Ikut Perang

Peperangan itu kemudian berakhir dengan terjadinya Perjanjian Giyanti. Setelah perang berakhir, ia menikah dengan KRT Kolopaking III dan menetap di Kutowinangun, Kebumen. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang anak yaitu KRT Endang Kertawangsa dan RA Mulat Ningrum.

Halaman:

Editor: Agung Setio Nugroho


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x