KABAR WONOSOBO – Sebuah stasiun televisi Korea Selatan bernama MBC menyebabkan kontroversi berkenaan dengan penayangan upacara pembukaan (Opening Ceremony) Olimpiade Tokyo 2020.
Stasiun TV MBC menayangkan hal yang tidak pantas dan mencoreng semangat kebersamaan pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020.
Pasalnya, bersamaan dengan penayangan Opening Ceremony Olimpiade Tokyo 2020 secara langsung, MBC menyertakan gambar dan daftar fakta serta stereotip saat atlet dan perwakilan negara diperkenalkan di layar.
Sebagai informasi, stasiun TV tersebut menampilkan informasi trivial dari seluruh negara yang mengikuti parade atlet negara-negara peserta Olimpiade Tokyo 2020.
Indonesia termasuk salah satu yang diperkenalkan dengan menyertakan stereotip dan informasi trivial tersebut.
Dalam penayangannya, Indonesia diperkenalkan sebagai negara dengan penduduk terbanyak nomor empat dunia, memiliki GDP yang rendah dan memiliki tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah.
Baca Juga: Hindari Pelecehan Fisik dan Seksual, Tim Senam Jerman Tampil Lebih Tertutup di Olimpiade Tokyo 2020
Tak hanya Indonesia yang mendapatkan label yang kurang menyenangkan, Haiti dalam kolom informasi tersebut digambarkan sebagai negara dengan situasi politik yang tidak stabil karena pembunuhan presiden.
Lalu ada juga Ukraina yang digambarkan dengan menyertakan gambar Chernobyl, tempat salah satu ledakan nuklir terbesar terjadi.
Karena kontroversi yang ditimbulkan oleh stasiun TV tersebut, Presiden MBC Park Sung Je secara pribadi mengungkapkan permintaan maafnya baik secara verbal maupun dengan menundukkan kepala takzim.
"Kami melakukan siaran yang merusak semangat persahabatan, solidaritas, dan keharmonisan orang-orang di seluruh dunia di dunia. di tengah bencana wabah virus corona (Covid-19) baru," ujar Park.
Permintaan maaf Park Sung-Je tersebut dilakukan dalam sebuah konferensi pers di pusat manajemen MBC di Sangam-dong, Mapo-gu pada 26 Juli 2021.
"Saya menundukkan kepala saya sebagai kepala eksekutif konten MBC kepada orang-orang di negara ini dan pemirsa yang kecewa yang terluka oleh siaran yang ceroboh dan kurangnya pertimbangan untuk negara-negara yang berpartisipasi," imbuh Park sembari membungkukkan kepalanya penuh penyesalan.
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan bahwa akhir pekan lalu adalah waktu yang paling menyakitkan dan malapetaka sejak pelantikannya sebagai presiden MBC.
Setelah melakukan pemeriksaan keadaan, ia mengungkapkan bahwa tampaknya ada masalah dengan sistem pengenalan norma dasar dan inspeksi konten, yang merupakan tindakan indisipliner.
"Kami sedang bekerja untuk mencari tahu penyebab dan tanggung jawabnya. Kami akan memperkuat kode penyiaran, peraturan perusahaan, dan peraturan musyawarah internal, dan membuat komite etika bersama dengan sistem penyaringan kecukupan konten untuk mencegah insiden seperti itu terjadi lagi," tutup Park.***