Sejarah dan Filosofi Pohon Natal, Mengapa Menggunakan Pohon Cemara atau Pinus?

11 Desember 2023, 10:51 WIB
Ilustrasi pohon natal. /Pixabay.com/finemayer/112images/

KABAR WONOSOBO – Perayaan Natal selalu identik dengan berbagai pernik dan simbol seperti sinterklas, lampu, hiasan, dan juga tentunya pohon Natal. Pohon natal yang umum digunakan yakni pohon cemara yang hijau, meski semakin ke sini banyak orang menggunakan pohon Natal yang terbuat dari plastik.

Konon, keberadaan pohon Natal ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu di mana orang-orang kala itu menggunakannya untuk merayakan festival musim dingin. Orang-orang Eropa menggunakan ranting-ranting untuk menghiasi rumah mereka selama titik balik matahari musim dingin, karena itu membuat mereka memiliki pengharapan akan datangnya musim semi yang akan datang.

Selain itu, penyembahan pohon sendiri adalah hal yang umum bagi orang Eropa yang menunjukkan keselamatan dari pertobatan mereka menuju agama Kristen.

Baca Juga: SARAT MAKNA! Inilah Filosofi di Balik Hiasan Permen Tongkat yang Dipasang di Pohon Natal

Dalam kebiasaan Skandinavia, mendekorasi rumah dan gudang dengan pohon cemara di Tahun Baru bertujuan untuk menakut-nakuti iblis. Pohon cemara yang dimasukkan ke dalam rumah dipercaya sebagai kesuburan kehidupan dalam kegelapan musim dingin.

Sorang-orang Skandinavia juga memiliki kebiasaan untuk mendirikan pohon untuk burung selama Natal. Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap binatang yang juga membutuhkan kehangatan untuk tempat tinggal.

Penggunaan pohon cemara melambangkan kehidupan abadi juga dipercaya oleh masyarakat Mesir Kuno, China, dan Ibrani. Orang Mesir Kuno menggunakan pohon cemara hijau sebagai bagian dari pemujaan mereka terhadap Dewa Ra. Sementara masyarakat Romawi Kuno menggunakan pepohonan untuk menghiasi kuil-kuil mereka di festival Saturnalia.

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu Natal Santa Claus Is Coming To Town - Michael Buble dan Mariah Carey

Untuk pohon Natal modern yang digunakan hingga sekarang untuk perayaan Natal, dipercaya berasal dari wilayah Alsace di abad ke 16. Alsace merupakan bagian dari Jerman, di mana penduduknya kala itu percaya bahwa pohon Natal terinspirasi dari pohon surga. Pohon surga tersebut merupakan simbol dari Taman Eden yang bercerita tentang Adam dan Hawa.

Tradisi pohon cemara saat Natal kemudian dipopulerkan oleh keluarga kerajaan Inggris pada 1864, yakni Pangeran Albert, suami dari Ratu Victoria. Pangeran Albert yang berasal dari Jerman sebagai tempat tradisi pohon natal berasal ini pun, mengadopsikannya ke dalam keluarga kerajaan.

Terlepas dari itu semua, penggunaan cemara atau pinus sebagai pohon natal lebih didasarkan pada kemampuan cemara dan pinus untuk tetap tumbuh hijau sepanjang tahun. Di saat sebagian besar pohon daunnya berguguran di musim gugur dan musim dingin, pohon cemara dan pinus selalu hijau sepanjang tahun, termasuk saat musim dingin.

Baca Juga: VIRAL! Video Warga di Bogor yang Melarang Salah Satu Warganya Merayakan Natal

Karena banyak negara empat musim merayakan natal di musim dingin, maka daun-daun, dahan dan ranting yang bisa digunakan untuk menunjukkan keabadian adalah pohon yang hijau sepanjang tahun, dan pilihan yang tersedia di musim dingin hanyalah pohon cemara ataupun pinus.

Bersama istri dan juga anak-anak mereka pohon itu didekorasi dengan berbagai hiasan seperti lilin, permen, dan kue yang digantung menggunakan pita.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler