Apakah Boleh Umat Islam Merayakan Valentine? Simak Penjelasan Buya Yahya

- 13 Februari 2023, 17:01 WIB
Ini penjelasan Buya Yahya perihal perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine yang sudah banyak diikuti remaja Muslim dalam kacamata Islam.
Ini penjelasan Buya Yahya perihal perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine yang sudah banyak diikuti remaja Muslim dalam kacamata Islam. /Pixabay.com/3333873

KABAR WONOSOBO - Berlangsung besok, tanggal 14 Februari 2023, Valentine adalah nama beken yang disematkan atas perayaan Hari Kasih Sayang. Kawula muda terlepas dari etnis, agama, hingga budaya, juga turut merayakan tanggal 14 Februari yang disebut sebagai Valentine. 

Salah satu pertanyaan yang banyak dicari menjelang hari perayaan Valentine sendiri salah satunya, "Apakah umat Muslim boleh merayakan Hari Kasih Sayang?"

Dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui akun YouTube Al Bahjah TV, ulama Islam terkemuka Indonesia yaitu Buya Yahya sempat memberikan penjelasan mengenai perayaan Valentine dalam kaidah umat Muslim. 

Baca Juga: 10 SMA Sederajat Terbaik di Klaten Berdasarkan 1000 Sekolah Unggulan di Indonesia Versi LTMPT

 

Sejarah kelam Valentine

Valentine atau Hari Kasih Sayang yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari oleh berbagai kalangan, agama, ras, hingga etnis. Tidak peduli masyarakat Islam, Kristen, Protestan, atau Hindu hingga Buddha sekalipun, rupanya memiliki sejarah yang cukup kelam.

Dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui laman RD, Hari Kasih Sayang atau yang lantas kerap disebut Valentine masih berhubungan erat dengan dieksekusinya tiga orang Santo, atau mereka yang telah terbukti menjalani hidup dengan kebajikan yang heroik, atau disebut juga suci menurut Gereja Katolik Roma.

Santo Valentine yang pertama merupakan seorang pemberontak. Ia menentang kaisar Romawi Claudius II, yang mengatakan bahwa seorang pria muda tidak diperbolehkan untuk menikah dan sebagai gantinya harus bertugas di militer. Namun, ia diketahui masih menikahi kekasihnya secara rahasia.

Baca Juga: 3 SMA Sederajat Terbaik di Kabupaten Badung Berdasarkan Daftar 1000 Sekolah Unggulan di Indonesia Versi LTMPT

Santo Valentine yang kedua membantu tahanan Kristen melarikan diri dari penjara Romawi dan kemudian ia ikut ditangkap dan dipenjarakan. Pada akhir hidupnya, secara ajaib ia menyembuhkan putri sipirnya dan mengubah seluruh kepercayaan keluarga tersebut menjadi Kristen.

Santo Valentine ketiga adalah seorang uskup Katolik di Terni. Berbeda dari kisah dua yang lain, sejarah St. Valentine III tidak diingat dengan baik sehingga tidak banyak yang mengetahui tentangnya.

Selain memiliki nama yang sama, ketiga Santo tersebut juga disebut meninggal dunia dengan cara yang tragis. Ketiganya diketahui dipenggal oleh kaisar Romawi yang berbeda.

Baca Juga: 3 SMA Sederajat Terbaik di Kota Bontang Berdasarkan Daftar 1000 Sekolah Unggulan di Indonesia Versi LTMPT

Apakah Valentine adalah budaya Islam?

Berdasarkan penjelasan mengenai sejarah Valentine di atas, telah diketahui dengan pasti bahwa perayaan hari yang disebut Hari Kasih Sayang tersebut bukan merupakan bagian dari budaya Islam.

Buya Yahya juga menyampaikan, bahwa Valentine bukan merupakan budaya yang patut dirayakan oleh umat Muslim. Terutama karena syiar di dalam perayaan yang dilakoni per tanggal 14 Februari tersebut.

Baca Juga: UPDATE Gempa Turki Suriah: Korban Tewas Mencapai Lebih dari 33.000 Orang

"Anda, kan, bisa membaca wahai anakku, bagaimana kisa Valentine. Apakah kisah tentang seseorang yang shaleh dari umat Nabi Muhammad SAW atau tidak," ungkap Buya Yahya.

Kendati pada awalnya digunakan untuk memeringati tiga Santo Valentine yang meninggal dunia secara tragis. Lambat laun, perayaan Valentine dilakukan dengan cara meriah dan terkesan romantis.

Baca Juga: 10 SMA Sederajat Terbaik di Semarang Jawa Tengah Versi LTPMP 

Penjelasan Buya Yahya terkait menerima cokelat di hari Valentine

Salah satu ciri khas dari perayaan Valentine atau Hari Kasih Sayang per tanggal 14 Februari sendiri adalah cokelat, bunga, ungkapan cinta, dan lain sebagainya.

Kendati bukan merupakan budaya atau tradisi yang bersinggungan dengan Islam, banyak Muslim yang turut pula ikut serta merayakan Valentine.

Buya Yahya sendiri telah menjelaskan bahwa kendati bukan merupakan bagian dari Islam, tidak mengapa untuk seorang Muslim menerima pemberian cokelat.

Baca Juga: Satu Abad NU Diperingati dengan Sholawat Bersama Warga Wonosobo, Lanjutkan Api Perjuangan Ulama

"Misal, Anda diberi oleh seorang Nasrani yang merayakan valentine day, natalan sekalipun, misalnya permen, boleh saja dimakan, bukan sesuatu yang haram," terang Buya Yahya.

"Cuman haramnya adalah jika ada nilai pengagungan terhadap syiar valentine, maka itu menjadi haram," pungkas salah satu ulama Islam terkemuka Indonesia tersebut.

Kesimpulan: hukum merayakan Valentine bagi umat Muslim

Baca Juga: Satu Abad NU Diperingati dengan Sholawat Bersama Warga Wonosobo, Lanjutkan Api Perjuangan Ulama

Melalui penjelasan di atas, hukum merayakan Valentine atau Hari Kasih Sayang pada tanggal 14 Februari mendatang adalah haram.

Terutama jika berkaitan dengan adanya upaya umat Muslim atau Islam untuk menyiarkan syiar dari agama lain, terutama mengingat sejarah asli dari hari Valentine tersebut.

Kendati demikian, jika menerima hadiah di hari Valentine, baik cokelat atau bunga dan sebagainya, misalnya, tetap diperbolehkan dan tidak haram.

Hukum haram tersebut diberikan jika merayakan Valentine dengan adanya unsur pengagungan kepada selain Allah SWT.

Baca Juga: 4 SMA Sederajat Terbaik di Kota Balikpapan Berdasarkan Daftar 1000 Sekolah Unggulan di Indonesia Versi LTMPT

Ikuti Artikel Kami Selengkapnya di Google News.***

 

Editor: Khaerul Amanah

Sumber: Youtube Al Bahjah TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x