Apa yang Akan Terjadi Jika Gravitasi Bumi Lebih Besar atau Lebih Kecil dari yang Ada Saat Ini?

2 Maret 2021, 20:13 WIB
Perbandingan Gravitasi dan berat di berbagai planet di tata surya. /spaceplace.nasa.gov

KABAR WONOSOBO – Beberapa waktu lalu heboh pemberitaan yang menyebutkan mengenai cita-cita sang CEO Tesla, Elon Musk untuk mendirikan negara di Mars. Ternyata hal tersebut disinyalir karena planet Mars memiliki gaya gravitasi yang masih dapat ditoleransi oleh manusia, seperti halnya saat hidup di Bumi.

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik antar partikel yang memiliki masa. Sekecil apapunn partikel yang ada di alam semesta ini pasti memiliki gaya gravitasi, yang membedakan adalah besarnya gaya gravitasi yang dimiliki atau dihasilkan oleh objek tersebut.

Besarnya gaya gravitasi juga terkadang berbanding lurus dengan besarnya massa yang nantinya berkorelasi dengan kepadatan dan tekanan yang akan memengaruhi gaya tersebut. Tata Surya kita punya beberapa planet dengan gaya gravitasi yang berbeda-beda.

Baca Juga: Elon Musk Bersiap Dirikan ‘Negara’ di Mars! Inilah Beberapa Alasan Planet Merah Layak Untuk Dihuni (Bagian 1)

Kita ambil contoh gravitasi di Bumi. Bumi kita memiliki gaya gravitasi sebesar 9.8 m/s2. Jadi segala aktivitas yang kita lakukan di permukaan Bumi rata-rata mengalami gaya gravitasi sebesar 9.8 m/s atau 1 G.

Seseorang yang berada di tempat dengan gravitasi 2 kali di Bumi atau 2G akan memiliki massa yang sama namun beratnya akan jadi 2 kali lipat. Hal ini dikarenakan gravitasi dilibatkan dalam pengukuran berat, sedangkan massa berdiri sendiri.

Di tempat dengan gravitasi sebesar 2G, manusia tetap dapat bertahan, hanya saja dalam melakukan pergerakan akan membutuhkan tenaga ekstra. Hal seperti ini akan terjadi kalau kita hidup di Jupiter yang gravitasinya 2,5 kali di Bumi.

Baca Juga: Mengenal Clubhouse Aplikasi Baru Berbasis Audio Chat Eksklusif Dipakai Elon Musk Diskusi Bareng Presiden Putin

New Scientist dalam lamannya menyebutkan bahwa pilot pesawat tempur yang sudah sangat terlatih dapat menahan beban sebesar 6G hingga 9G atau enam hingga sembilan kali besar gravitasi Bumi. Padahal manusia normal pada umumnya hanya dapat menanggung beban sebesar 5G.

Hidup di tempat dengan gravitasi 5G ke atas akan membuat manusia harus beradaptasi dengan sangat berat. Detak jantung jadi tidak teratur, tekanan darah kacau, dan aliran oksigen ke otak akan terhambat. Beban yang lebih besar daripada itu akan membuat manusia pingsan ataupun perdarahan.

Jika diberikan tekanan yang lebih besar lagi organ-organ dalam tubuh manusia akan bekerja secara tidak normal. Bahkan para ilmuwan memperkirakan dengan kekuatan gravitasi 90G, tulang yang ada dalam tubuh kita tidak akan mampu bertahan untuk menopang hidup manusia.

Baca Juga: Apple Car dengan Teknologi Self-Driving Diproduksi Mulai 2024, Fokus pada Efisiensi Baterai Tingkat Tinggi

Sebaliknya, ruang angkasa yang hampa udara tidak memiliki gaya gravitasi sama sekali atau disebut dengan 0 (nol) G sehingga memungkinkan benda-benda di angkasa melayang dengan bebas jika tidak dikenai gravitasi dari benda langit lain.

Sepertii dikutip dari laman Space, dalam kurun waktu yang lama, kondisi 0G dapat memengaruhi kesehatan manusia yang sudah terbiasa dengan gravitasi Bumi.

Itulah sebabnya para Astronot yang baru turun dari pesawat ruang angkasa harus dibantu bahkan memakai kursi roda.

Baca Juga: Tesla batal investasi di Indonesia, Analisis Archandra Tahar Ungkap Indonesia Memang Belum Siap

Otot dan tulang astronot yang baru pulang ke Bumi biasanya harus menyesuaikan diri lagi dengan gravitasi yang ada di Bumi agar bisa pulih seperti sedia kala.*** 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: NASA Space Place

Tags

Terkini

Terpopuler