Resensi Buku Soe Hok Gie (Sekali Lagi): Soe Kirim Paket Kutang, Pupur, dan Gincu Ke DPR GR

- 27 September 2021, 09:12 WIB
Buku Soe Hok gie, dimana Soe pernah mengirim paket kutang, pupur, dan gincu ke DPR GR.
Buku Soe Hok gie, dimana Soe pernah mengirim paket kutang, pupur, dan gincu ke DPR GR. /Arum Novitasari./Kabar Wonosobo.

KABAR WONOSOBO – Soe Hok gie menjadi nama yang terus diingat para aktivis dan pendaki gunung. Soe dikenal sebagai salah satu aktivis idealis yang kerap membuat telinga pemerintah panas saat mendengar namanya.

Dalam buku Soe Hok-gie (Sekali Lagi), Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya, menceritakan perjalanan hidup Soe, seorang pendaki, akademisi yang tertarik pada kondisi politik Indonesia saat itu.

Kisah Soe pernah difilmkan dengan judul ‘Gie’ pada tahun 2005 oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. Tokoh Soe Hok gie diperankan oleh aktor Nicolas Saputra.

Baca Juga: Hasil Penelitian Mahasiswa UGM Tunjukkan Santet Awalnya Hal Positif

Soe merupakan mahasiswa Fakultas Sosial Universitas Indonesia atau FS UI.

Soe meninggal di usia muda di Puncak Mahameru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 tahun tepatnya 16 Desember 1969.

Dia gugur bersama Idhan Lubis (19) usai keduanya menghirup gas beracun dari Gunung Semeru.

Sempat dikuburkan di makam Tanah Abang I, tapi karena makam itu dibongkar untuk perluasan kota.

Baca Juga: Resensi Novel Populer ‘Magdalena’, Kapal Van Der Wijck Pernah Dituduh Memplagiasinya

Lantas abu sisa jasad Soe dibawa dan ditaburkan di lembah Mandalawangi, di puncak Pangrango, tempat yang dia kagumi semasa hidup.

Soe sangat dikenal sebagai aktivis idealis yang tulisan-tulisannya berupa kritik tajam, pedas, namun terarah kerap membuat pejabat dan penguasa gerah. Soe merupakan arsitek dibalik gerakan long march mahasiswa dari Rawamangun - Salemba.

Dari perjuangannya di FS UI, Soe sebenarnya tidak berjalan seorang diri. Dia memiliki rekan seperjuangan. Hingga saat rayuan jabatan membuyarkan perjuangan itu semua. 

Baca Juga: Resensi Buku: Aku, Sjuman Djaya Ceritakan Perjalanan Hidup Chairil Anwar

Sebelum mendaki Mahameru dan meninggal di sana, Soe mengirimkan sejumlah paket berisikan kutang, pupur, dan gincu kepada kawan-kawannya yang memilih menjadi anggota parlemen atau DPR-GR saat itu.

Ditulisnya, “gunakan ini agar makin tampil cantik di parlemen,”.

Soe juga turut menulis sebuah puisi yang berjudul "Kepada Pejuang-Pejuang Lama". Pada teman aktivis yang pernah sama-sama berjuang di jalanan untuk menjatuhkan Orde Lama, Soe memilih jalan sunyi idealis dan membenci sikap oportunis. 

Dia menulis, "...Ayo kita tinggalkan kapal ini, biarlah mereka yang ingin pangkat menjabatnya, biarlah mereka yang ingin mobil mendapatkannya, biarlah mereka yang ingin rumah mengambilnya, ayo, laut masih luas fan bagi pemberontak-pemberontak tak ada tempat di kapal ini"

Baca Juga: Pakar Psikologi Beberkan Alasan Usia Remaja Rentan Terkena Masalah Kejiwaan

Soe menyebut sebagian mahasiswa yang ‘hijau matanya’ melihat kursi-kursi empuk setelah perjuangan mereka selesai.

Dia menyebut setiap mahasiswa seharusnya bermoral seperti ‘Shane’ seorang cowboy yang membasmi bandit-bandit di suatu kota, dan setelah tugasnya selesai dia pergi begitu saja, tanpa minta balas jasa.

Selama hidupnya Soe disebutkan gelisah. Dia terlihat seperti pejuang sendiri, yang ketika perjuangan selesai dia ditinggalkan teman-temannya yang memilih jalan mapan, lalu dia berjalan sendiri memulai perjuangan baru.

Baca Juga: Conjuring: The Devil Made Me Do It Kisahkan Iblis Ilmu Hitam, Jauh dari Dua Film Sebelumnya

Soe menyebut dirinya sebagai mahasiswa dan pemuda yang masih belajar, dia akan berani berterus terang walaupun kemungkinan akan salah tindak.

Lebih baik bertindak keliru daripada tidak bertindak karena takut salah. Dia yakin sikap jujur pada dirinya sendiri akhirnya akan membuatnya menemukan arah yang tepat.

Sementara kenalan-kenalannya yang juga tokoh mahasiswa adalah seorang antek partai, yang kebenaran ditentukan oleh DPP Partai.

Baca Juga: Ini Pesan Lee Honey untuk Kim Nam Gil dan Jin Sun Kyu sebagai Cameo One the Woman, Bikin Baper

Bahwa realita kebenaran dan langkah anggota Dewan saat ini ditentukan oleh DPP Partai. Mereka yang duduk saat ini di kursi parlemen mereka memiliki arah jelas pada keputusan DPP Partai.

Mereka yang menyebut bahwa untuk merubah sesuatu, mereka harus bergabung dan membenahi dari dalam. Faktanya lebih asyik duduk nyaman berserta fasilitas menyenangkan mengikuti arus yang tidak dapat dibendung. 

Kenyamanan yang lupa bahwa kursi duduknya seharusnya membredel kebijakan yang merugikan rakyat, justru saat ini berubah menjadi memuluskan aturan-aturan yang memperkaya antek partai.

Baca Juga: Film Yuni Karya Sineas Indonesia Kamila Andini Juara diT IFF Festival Film Toronto

Pada akhirnya lingkaran kekuasaan berputar antara satu sama lain memuluskan kebijakan dalam rangka memperlancar usaha bersama untuk memperkaya diri.

Lalu Soe, dia berada di jalan sunyi.

Selengkapnya kisah Soe Hok gie dapat dibaca dalam buku tersebut.***

Editor: Arum Novitasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah