Sejarah Hari Ibu, Kongres Perempuan Pertama Tahun 1928 dan Kesadaran Memperjuangkan Nasib Perempuan

- 21 Desember 2022, 18:30 WIB
Sejarah Hari Ibu, Kongres Perempuan Pertama Tahun 1928 dan Kesadaran Memperjuangkan Nasib Perempuan
Sejarah Hari Ibu, Kongres Perempuan Pertama Tahun 1928 dan Kesadaran Memperjuangkan Nasib Perempuan /Pexels/Pixabay

KABAR WONOSOBO -  Hari Ibu nasional yang biasanya diperingati setiap tanggal 22 Desember tahun ini jatuh pada Kamis, 22 Desember 2022.

Peringatan Hari Ibu sebenarnya bukan sebatas untuk mengenang jasa ibu, akan tetapi juga tentang peran, kesetaraan, dan kekuatan perempuan. 

Lantas, menjadi pertanyaan banyak orang, mengapa Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. 

Baca Juga: Memperingati Hari Ibu 22 Desember, Simak Rekomendasi Kado untuk Ibu yang Anti Mainstream 

Kenapa tidak 21 April yang merupakan tanggal kelahiran Raden Ajeng Kartini, tokoh perempuan Indonesia yang namanya sangat terkenal di seluruh kalangan.  

Mengapa juga tidak 4 Desember, tanggal kelahiran Dewi Sartika, tokoh yang memperjuangkan pendidikan perempuan, dengan membangun Sekolah Isteri.

Tanggal 22 Desember dipilih bukan tanpa alasan, melainkan pada tanggal tersebut, tepatnya pada 22 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta. 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kado Hari Ibu 22 Desember 2022, Siap Buat Terharu! 

Kongres Perempuan Pertama diadakan sebagai bentuk persatuan cita-cita tentang kesadaran nasional, sekaligus sebagai penyatuan atas perkumpulan-perkumpulan wanita. 

Mengingat mulai awal abad ke-20, terjadi peningkatan kesadaran tentang kedudukan perempuan yang harus diperjuangkan. 

Menurut Suhartono, dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 – 1945, pada awal abad ke-20 wanita memiliki kesadaran untuk memperbaiki pendidikan, perkawinan, keterampilan, dan kemampuan sebagai seorang ibu.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kado Terbaik Hari Ibu 22 Desember 2022 

Dengan meningkatnya kesadaran tersebut, timbul perkumpulan-perkumpulan perempuan.

Maka dari itu, untuk menyatukan cita-cita bersama diadakanlah Kongres Perempuan Pertama. 

Kongres ini menjadi penting, lantaran menghasilkan gerakan yang mendorong terwujudnya kemajuan perempuan. 

Baca Juga: Menjelang Hari Ibu, 5 Rekomendasi Lagu Bertema Ibu 

Menurut Bambang Suwondo dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, kongres perempuan berhasil membentuk Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) sebagai sebuah federasi.

Selain itu, kongres tersebut juga berencana memberikan beasiswa bagi pelajar perempuan yang pintar dan kurang mampu dalam biaya. 

Lalu, yang tak kalah penting adalah keinginan untuk memberantas perkawinan anak-anak dan memajukan kepanduan untuk anak-anak perempuan.

Baca Juga: Dalam Rangka Peringatan Hari Ibu, Ketua Persit Cabang Wonosobo ‘Turun ke Bawah’ 

Secara perkawinan usia dini, terlebih yang menimpa perempuan begitu masif terjadi.

Kongres Perempuan sebagai bukti, bahwa perempuan mempunyai peran dan semangat juang dalam menjunjung hak-hak mereka. 

Kongres Perempuan diadakan tiga kali, terakhir dilaksanakan di Bandung pada tahun 1938.

Pada kongres terakhir, dinyatakan bahwa tanggal  22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.

 Baca Juga: Viral! Seorang Ibu Dirantai di Tengah Hutan, Begini Kronologi Kejadiannya

Lantas, pada tahun 1959 Hari Ibu ditetapkan sebagai hari nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.

Jadi, peringatan Hari Ibu bukan semata-mata soal hadiah, lagu-lagu istimewa, atau ucapan terima kasih.

Tetapi tentang kembali mengingat bahwa perempuan mempunyai hak, peran, dan kekuatan yang setara dengan laki-laki dalam memperjuangkan harkat dan martabatnya.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo samp Bambang Suwondo, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimew


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x