Sinopsis dan Ulasan Singkat Novel Larung - Ayu Utami: Salah Satu Pelopor Sastra Wangi di Indonesia

- 25 September 2023, 14:54 WIB
Ulasan novel kedua Saman yaitu Larung dari Ayu Utami, pelopor Sastra Wangi di Indonesia.
Ulasan novel kedua Saman yaitu Larung dari Ayu Utami, pelopor Sastra Wangi di Indonesia. /Ayu Utami

Review atau ulasan singkat novel Larung

Tak ubahnya Saman yang ditulis terlebih dahulu oleh Ayu Utami, Larung masih begitu misterius dan gelap. Larung sendiri berlatar Indonesia di tahun 1998 yang ketika itu memang tengah mengulang kisah kekejaman di masa lalu yang diangkat melalui novel Saman. Larung sekaligus merupakan nama karakter utama di novel karya Ayu Utami ini. Termasuk terdapat karakter lain misalnya tokoh Simbah, Adjani, serta Shakuntala, Cok, Yasmin, Laila, dan Saman yang perdana muncul di novel Saman.

Larung sendiri kembali menyuguhkan petualangan perjungan Shakuntala hingga Saman dengan LBH-nya, dengan Orde Baru, PKI, pencarian identitas, seksualitas, bahkan ketuhanan. Ayu Utami menyajikan jalan cerita tersebut dengan lugas, jujur, dan juga licik karena berhasil mengolah cerita dengan begitu apik, tanpa ‘tedeng aling-aling’ ini seolah menguarkan aroma khas tersendiri.

Ada kengerian yang disajikan di sini, tentang ilmu hitam, sejarah pekat Indonesia, dan roman antar tokoh-tokohnya yang memang begitu ‘licik’ untuk tidak dirunut penceritaannya. Tentang bagaimana adegan demi adegan akan selalu dapat memikat siapapun yang membaca. Serta, bahwa akhir dari sebuah cerita tidak melulu bahagia seperti yang disajikan dalam beberapa naskah roman. Larung berbeda, seperti pendahulunya, Saman.

Baca Juga: Ayu Utami Bedah Sisi Kelam Manusia dengan Lugas Lewat Dwilogi Novel Saman dan Larung

Contoh kutipan novel Larung

  • Luar biasa, sahutku, saya baru tahu Indonesia punya presiden. Saya bahkan baru tahu bahwa Indonesia adalah negara.
  • Sebab, Nak, kanak-kanak adalah sebuah keberadaan yang berdiri sendiri, terpisah dari kedewasaan. Ia bukan sekadar bagian dari proses menjadi matang, sebab apakah kematangan itu jika bukan proses menjadi mati? Kanak-kanak adalah dunia mandiri, dengan bahsannya sendiri. Ia bukan persiapan menuju sebuah puncak sebab puncak itu tak ada. Masa adalah jutaan kepisahaan, bukan kelanggengan.

  • Orang-orang harus menunjuk orang lain untuk menyelamatkan diri. Maka mereka menyebut namanya. Itu saja yang terjadi. Seperti segala binatang dan kita hidup dengan memakan yang lain, manusia selamat dengan mengorbankan yang lain. Mengapa engkau merasa aneh?
  • Tapi alangkah ganjil jika segala hal diputuskan oleh akal.
  • Tetapi musik barangkali adalah sebuah sapaan yang tak menggunakan kata-kata, gaung yang mempertautkan manusia dengan manusia lain dalam keterasingan.
  • Ia takut pada kata-kata. Sebab kata-kata mengabadikan.
  • Jika sebuah rezim menyelewengkan sejarah secara besar, tentu parahlah kesalahan yang hendak ia menangkan. Maka, jika rezim ini menumpas dan mendengki komunisme, niscaya benarlah komunisme itu.
  • Kejahatan dan kebaikan datang dalam satu paket.
  • Ia menyadari betapa kesedihan adalah sesuatu yang tunggal dan tertutup. Ia tak bisa memaginya, dan kesedihan orang lain tak meringankannya.
  • Demikian sinopsis, ulasan, dan kutipan novel Larung karya Ayu Utami sekaligus sekilas penjelasan tentang Sastra Wangi yang disebut-sebut mulai berkembang di Indonesia berkat karya pendahulu Larung, Saman, yang juga ditulis Ayu Utami.

Baca Juga: Ini Teori Sastra yang Dipakai Idol K-Pop untuk Menulis Lagu, Dicontohkan BTS pada Blood, Sweat, and Tears

Dapatkan update berita pilihan di link Google News kami. Mari bergabung di Grup Telegram "APA KABAR WONOSOBO?" caranya klik link https://t.me/kabarwonosobo kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.***

Halaman:

Editor: Khaerul Amanah

Sumber: Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah