Review Lengkap Serial Nightmares and Daydreams Garapan Joko Anwar, Apakah Mirip The Twilight Zone

- 15 Juni 2024, 00:08 WIB
Poster Serial Nightmares and Daydreams Episode 1-7, Garapan Joko Anwar, dalam Kolase.
Poster Serial Nightmares and Daydreams Episode 1-7, Garapan Joko Anwar, dalam Kolase. /Kabar Wonosobo

KABAR WONOSOBO - Nightmares and Daydreams, serial terbaru garapan Joko Anwar, menghadirkan tujuh kisah ajaib yang dialami manusia di berbagai era. Serial ini dikemas dalam format antologi, di mana setiap episode membawa cerita dan karakter yang berbeda.

Kesan Pertama dan Perbandingan

Sejak pengumumannya di pertengahan 2022, banyak yang mengantisipasi Nightmares and Daydreams sebagai versi Indonesia dari "The Twilight Zone". Setelah menonton keseluruhan episodenya, ekspektasi tersebut terbilang tepat. Serial ini menghadirkan sensasi menegangkan dan penuh teka-teki, meninggalkan penonton dengan pertanyaan "Apa maksudnya?" di akhir setiap episode, setidaknya dari episode 1 hingga 6. Baru di episode terakhir, penonton akan menemukan jawaban yang memuaskan.

Keunikan dan Gaya Bercerita

Nightmares and Daydreams menawarkan cerita-cerita ajaib yang dekat dengan keseharian. Sudut pandang "orang biasa" yang digunakan dalam penceritaan membuat penonton mudah terhubung dengan karakter dan latar belakang mereka. Hal ini semakin diperkuat dengan akting yang luar biasa dari seluruh pemain, bahkan untuk peran singkat seperti kemunculan Joko Anwar di episode 4.

Baca Juga: Ada Empat Film Pendek Baru dari Wes Anderson di Netflix, Semuanya Terinspirasi Cerpen Roald Dahl

Kekuatan Visual dan Sinematografi

Desain produksi serial ini patut diapresiasi. Setiap episode terasa seperti film yang berbeda, dengan latar waktu dan properti yang beragam. Penggunaan efek prostetik dan CGI pun terbilang baik, meskipun pada beberapa bagian, seperti episode 1 dan 4, masih terlihat kurang mulus.

Kekurangan dan Catatan

Meskipun mampu memikat penonton di paruh awal episode, eksekusi cerita di beberapa episode terasa kurang memuaskan, terutama pada episode 1, 4, 5, dan 7. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti alur cerita yang terlalu rumit atau transisi yang terkesan terburu-buru.

Kesimpulan

Nightmares and Daydreams merupakan langkah berani dalam menghadirkan genre sci-fi supranatural di Indonesia. Meskipun terdapat beberapa kekurangan, serial ini patut diapresiasi sebagai karya yang orisinal, menghibur, dan penuh makna. Kehadirannya membuka jalan bagi eksplorasi genre yang lebih luas dalam perfilman Indonesia.

Baca Juga: Jalan Cerita The Architecture of Love Buka Sisi Lain Nicholas Saputra dan Putri Marino Lewat Kisah Trauma

Serial antologi fiksi ilmiah supernatural "Nightmares and Daydreams" karya Joko Anwar menghadirkan tujuh kisah unik yang membingungkan dan ajaib, menjangkau berbagai era dan sudut pandang.

Sejak pengumumannya di pertengahan 2022, serial ini telah dibandingkan dengan "The Twilight Zone" versi Indonesia, dan anggapan tersebut terbukti tidak berlebihan. Setiap episode meninggalkan penonton dengan pertanyaan dan rasa ingin tahu, memicu diskusi dan spekulasi.

Mengangkat tema keseharian yang dibalut sentuhan surealis, "Nightmares and Daydreams" mampu menarik perhatian penonton melalui cerita-ceritanya yang unik dan karakter yang relatable. Penceritaan melalui sudut pandang "orang biasa" memungkinkan penonton untuk dengan mudah terhubung dengan karakter dan latar belakang mereka.

Variasi sudut pandang ini membuat paruh awal setiap episode menarik dan membuat penonton penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Serial ini juga menghadirkan berbagai isu dan kritik sosial, beberapa di antaranya disampaikan dengan halus melalui dialog antar karakter, sedangkan yang lain lebih eksplisit.

Baca Juga: 5 Fakta Serial Nightmares and Daydreams Karya Sutradara Joko Anwar yang Akan Segera Tayang di Netflix

Akting para pemain patut diapresiasi, dengan semua aktor menunjukkan performa terbaik mereka, bahkan untuk peran singkat. Penampilan Joko Anwar di episode 4 (Encounter) pun cukup berkesan.

Desain produksinya patut diacungi jempol, dengan setiap episode menampilkan latar waktu dan properti yang berbeda, memberikan nuansa film yang berbeda pula. Hal ini patut diapresiasi untuk tim produksinya.

Genre fiksi ilmiah supernatural menuntut penggunaan prostetik dan CGI yang berkualitas, dan "Nightmares and Daydreams" berhasil melakukannya dengan baik di sebagian besar episodenya.

Meskipun ada beberapa kekurangan, seperti eksekusi cerita di beberapa episode yang terasa kurang memuaskan, "Nightmares and Daydreams" merupakan langkah yang berani dan inovatif dalam dunia perfilman Indonesia.

Serial ini menawarkan pengalaman menonton yang unik dan membingungkan, menantang penonton untuk berpikir dan menginterpretasikan ceritanya dengan cara mereka sendiri.

Baca Juga: Manusia Bisa Memiliki Bayi Tanpa Hamil dan Janin Ditaruh dalam Pod Canggih, Review The Pod Generation

Secara keseluruhan, "Nightmares and Daydreams" adalah sebuah serial yang patut ditonton, terutama bagi para penggemar genre fiksi ilmiah dan supernatural yang mencari cerita yang segar dan orisinal.

Berikut beberapa informasi teknis dari Serial Nightmares and Daydreams:

  • Genre: Fiksi ilmiah supernatural
  • Format: Serial antologi, 7 episode
  • Sutradara: Joko Anwar
  • Kelebihan: Cerita unik dan membingungkan, akting yang apik, desain produksi yang luar biasa
  • Kekurangan: Eksekusi cerita di beberapa episode kurang memuaskan
  • Kesimpulan: Sebuah serial yang berani dan inovatif, patut ditonton bagi penggemar genre fiksi ilmiah dan supernatural. ***

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Netflix


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah