Dikira Terinfeksi Covid-19, Paru-Paru Remaja 15 Tahun Ini Ternyata Rusak karena Vape

- 2 November 2021, 21:55 WIB
Dakota Stephenson yang terbaring di rumah sakit akibat kelainan paru-paru yang disebabkan terlalu banyak mengonsumsi vape
Dakota Stephenson yang terbaring di rumah sakit akibat kelainan paru-paru yang disebabkan terlalu banyak mengonsumsi vape /www.dailystar.co.uk

 

KABAR WONOSOBO – Seorang remaja berusia 15 tahun bernama Dakota Stephenson pertama kali mencoba rokok elektrik (vaping) dengan teman sekolahnya.

Namun, siapa sangka rupanya kebiasaannya mengonsumsi vape tersebut memiliki risiko yang mematikan.

Dakota yang berasal dari Sydney itu dirawat di unit gawat darurat rumah sakit September lalu.

 Baca Juga: Bahaya Obat-Obatan Terlarang, Mantan Pemain NFL Keith McCants Ditemukan Tewas Setelah Overdosis

Ia menderita kelainan paru-paru yang disebabkan vaping, atau dikenal dengan EVALI (E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury), di mana kasus tersebut pertama kali dilaporkan terjadi di Amerika Serikat.

Ibunya, Natasha Stephenson mengatakan Dakota harus bernapas menggunakan bantuan ventilator dan setiap kali ia melepasnya membuatnya susah bernafas.

Awalnya para dokter di rumah sakit di mana ia dirawat mengira bahwa Dakota tertular Covid-19.

 Baca Juga: Penting, Berikut ini Cara Agar Terhindar dari Bahaya Listrik Saat Hujan

Ia dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans hanya beberapa hari setelah merasakan sakit punggung dan kesulitan buang air kecil.

Kemudian dia mengalami muntah-muntah disertai debar jantung yang cepat dan suhu badan meningkat hingga 39 derajat.

Dalam beberapa jam Dakota mengalami hipoksia dengan tidak cukupnya udara yang masuk paru-parunya dan menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya.

 Baca Juga: Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala, Kisahkan Perjalanan Mengupas Rahasia Miliarder Industri Rokok Kretek

Saat itulah Dakota mengaku kepada ibunya jika ia diam-diam memiliki kebiasaan vaping selama tujuh bulan terakhir.

“Ini menjadi mimpi terburuk bagi seorang ibu. Perasaan yang paling menyakitkan adalah para dokter tidak benar-benar tahu bagaimana mengobatinya. Tidak banyak kasus, hanya di AS dan Inggris,” kata Natasha.

Kasus Dakota diyakini satu-satunya di Australia hingga saat ini, sementara beberapa dokter mengatakan kasusnya harus ditangani dengan hati-hati.

 Baca Juga: Waspada! 5 Bahaya Ini Menghantui Seseorang yang Tidak Suka Makan Buah

Ia bukanlah satu-satunya remaja yang berisiko, setidaknya 14 persen anak-anak Australia berusia 12 hingga 17 tahun telah mencoba rokok elektrik atau vape.

Bahaya vaping atau rokok elektrik dianggap lebih ringan dibandingkan dengan rokok tembakau, tetapi, sebenarnya pendapat ini justru kurang tepat.

Berbeda dengan rokok tembakau, vape memang tidak mengandung zat berbahaya, seperti tar dan karbon monoksida.

 Baca Juga: Warga Selomerto Wonosobo Komitmen Cegah Peredaran Rokok Ilegal

Kendati demikian, bukan berarti rokok elektrik lebih aman dibandingkan dengan rokok tembakau.

Kasus Dakota inipun memperingatkan remaja lain tentang potensi risiko akibat kebiasaan vaping.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: News.com.au


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah