WASPADA! Kasus Harian Covid-19 China Naik Hingga 1 Juta Kasus, 5000 Orang Mati Karena Virus

23 Desember 2022, 09:56 WIB
Ilustrasi kasus Covid-19. /Pixabay/fernandozhiminaicela

KABAR WONOSOBO - China dikabarkan akan segera mengalami kenaikan kasus harian Covid-19 hingga 1 juta kasus.

Bahkan berdasarkan laporan terbaru, kasus kematian harian karena Covid-19 di China mencapai 5.000 kasus.

Sebagai negara yang diduga menjadi perintis wabah Corona Covid-19, China memang hingga kini masih secara ketat berkutat dengan virus tersebut.

Baca Juga: Ingin Wisata ke Luar Negeri? Cek Daftar Negara yang Bisa Dimasuki Tanpa Vaksinasi Covid-19

Bahkan menurut Airfinity Ltd dari London, pada Januari 2023 mendatang, diprediksi kasus harian karena Covid-19 akan naik hingga 3,7 juta kasus.

Airfinity Ltd sendiri adalah sebuah perusahaan riset yang berbasis di London yang berfokus pada analitik kesehatan prediktif dan telah melacak pandemi sejak pertama kali muncul. 

Berdasarkan laporan Airfinity Ltd., kemungkinan akan ada gelombang infeksi lain yang akan mendorong puncak harian menjadi 4,2 juta pada bulan Maret.

Baca Juga: Setelah Jeno dan Chenle, Kini Giliran Haechan dan Jaemin NCT Dream Positif Covid-19

Data tersebut didapat dari pemodelan skala dan jumlah korban wabah China, yang menggunakan data provinsi.

Data tersebut menunjukkan dampak dari perubahan mendadak negara itu dari Covid Zero menjadi sangat tinggi, jauh melebihi penghitungan pemerintah.

Secara resmi, China melaporkan 2.966 kasus baru untuk hari Rabu, 21 Desember 2022 dan ada kurang dari 10 kematian akibat Covid sejak awal Desember.

Baca Juga: Anggota Stray Kids Positif COVID-19, Tur Amerika Serikat Ditunda

Tapi itu kontras dengan semakin banyaknya laporan bahwa rumah sakit kewalahan dengan pasien dan krematorium beroperasi jauh melampaui kapasitas mereka.

Perubahan cara pemerintah melaporkan angka virus juga menjadi faktor.

China sebagian besar telah menutup jaringan stan pengujian massal yang luas dan membatalkan upaya untuk memasukkan setiap infeksi dalam penghitungan harian.

Baca Juga: Fatwa MUI: Vaksin Covid 19 'Covovax' dari India Haram

Hal membuat penduduk bergantung pada rapid test tanpa kewajiban untuk melaporkan hasilnya.

Regulator kesehatan negara itu juga diam-diam mengadopsi definisi yang lebih sempit untuk apa yang dianggap sebagai kematian akibat Covid-19.

Indikator yang digunakan jauh lebih selektif daripada yang digunakan banyak negara Barat, sehingga sulit untuk mengukur jumlah sebenarnya dari banjir infeksi saat ini.

Baca Juga: Fatwa MUI: Vaksin Covid 19 'Covovax' dari India Haram

“Perubahan ini berarti data resmi pemerintah tidak mungkin menjadi gambaran sebenarnya dari wabah yang dialami di seluruh negeri," kata Louise Blair, kepala vaksin dan epidemiologi Airfinity, dalam sebuah pernyataan.

"Perubahan cara pandang tersebut bisa mengecilkan tingkat kematian yang terlihat di China," lanjutnya.

Mencatat kasus Covid-19 secara akurat tetap sulit di seluruh dunia karena banyak negara yang kini telah memutuskan untuk hidup berdampingan dengan virus tersebut.

Baca Juga: Kabar Buruk Usai Rilis Beatbox, Jeno dan Chenle NCT Dream Dinyatakan Positif COVID-19

Munculnya varian omicron yang sangat menular memicu lonjakan infeksi, termasuk di AS yang mencatat jumlah kasus harian tertinggi hingga saat ini hampir 1,4 juta infeksi pada Januari 2022.

Itu bertepatan dengan jumlah global yang melebihi 4 juta, menurut data dari Our World in Data.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Bloomberg Our World in Data Airfinity

Tags

Terkini

Terpopuler