"Saya mundur, karena dengan beragam keuntungan banyak pula tanggung jawab - tanggung jawab untuk paham bahwa Anda adalah sosok yang mampu dan yang tidak mampu untuk memimpin," ungkap PM Selandia Baru tersebut.
"Saya paham pekerjaan ini. Dan saya tahu bahwa saya tidak lagi memiliki cukup 'isi' untuk melakukannya dengan adil. Sesederhana itu," sambungnya.
Melalui pidatonya, Ardern turut menyinggung mengenai tahun-tahun terberatnya sebagai Perdana Menteri Selandia Baru.
"Ini benar-benar menjadi momentum paling padat lima setengah tahun hidup saya. Namun, juga menjadi tantangan tersendiri, di antara agenda yang berfokus pada urusan pokok, kemiskinan dan perubahan iklim, kita juga dihadapkan pada teror domestik, bencana alam, pandemi global, dan krisis ekonomi," ungkap Jacinda Ardern.
Memimpin Selandia Baru sejak tahun 2017, Jacinda Ardern merupakan politis wanita termuda yang memenangkan pemilu.
Baca Juga: 7 Kasus Pembunuhan Berantai Terkejam di Dunia, Mulai Ted Bundy hingga Jeffrey Dahmer
Menjadi seorang Perdana Menteri yang menghadapi tahun-tahun terberat, pengunduran diri Ardern sendiri membuat masyarakat Selandia Baru terkejut.
Terutama karena Jacinda Ardern masih memiliki masa jabatan hingga pemilu Selandia Baru mendatang.
"Saya berharap, saya meninggalkan (kursi Perdana Menteri) Selandia Baru dengan kepercayaan diri bahwa Anda adalah sosok yang baik tapi kuat, berempati tapi tegas, optimis tapi fokus," pamit Jacinda Ardern.