Sulawesi Tengah Jadi Daerah Endemi Demam Keong, Kenali Gejala dan Jenis Cacing yang Jadi Penyebab

22 Februari 2023, 13:34 WIB
Sering disebut Schistosomiasis, demam keong disebut WHO telah menjadikan Sulawesi Tengah, Indonesia sebagai salah satu daerah yang jadi endemi demam akibat cacing yang dibawa keong tersebut. /Pixabay / Pexels/

KABAR WONOSOBO - Diperkirakan bahwa terdapat 200 orang yang terjangkit penyakit demam keong di Sulawesi Tengah, Indonesia. Bukan penyakit baru, demam keong telah menjadi salah satu penyakit endemik di daerah Sulawesi Tengah, terutama Kabupaten Sigi dan Poso. 

Demam siput atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan Schistosomiasis disebabkan oleh parasit cacing yang terdapat pada tubuh keong atau siput air. Hal tersebut telah dijelaskan oleh induk organisasi kesehatan dunia atau WHO dalam laporan resmi. 

 Baca Juga: Ada The Midnight Club, 4 Serial Ini Wajib Ditonton Pecinta Lockwood and Co

Apa itu demam keong atau Schistosomiasis?

Menurut World Health Organization (WHO), Schistosomiasis adalah penyakit parasit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing darah (cacing trematoda) dari genus Schistosoma. WHO memperkirakan bahwa setidaknya 251,4 juta orang memerlukan pengobatan pencegahan Schistosomiasis selama tahun 2021. 

Demam keong dilaporkan terjadi di 78 negara, 51 di antaranya merupakan negara endemik yang memerlukan pengobatan dalam skala besar. 

Indonesia, tepatnya di Sulawesi Tengah disebut menjadi salah satu wilayah dengan endemik demam keong. Kata 'demam keong' sendiri dalam istilah ilmiah disebut dengan Schistosomiasis.

Cara penularan demam keong

 Baca Juga: Arti Lagu Rahmatun Lil'Alameen - Maher Zain, 'Habibi Yaa Muhammad Ya Rahmatan Lil’Alameena Ya Muhammad'

Demam keong menyebar melalui kontak dengan air tawar yang terkontaminasi cacing Schistosoma. Cacing schistosoma sendiri umumnya ditemukan pada keong air dari famili Planorbidae yang habitatnya berada di air tawar. 

Penyakit demam keong sangat umum dijumpai pada anak-anak, petani, nelayan, dan orang yang menggunakan air kotor untuk keperluan sehari-hari. Selain ditularkan dari keong ke manusia, Schistosomiasis juga bisa ditularkan dari manusia ke manusia lain melalui feses atau urine yang mengandung parasit. 

Ketika berada dalam tubuh, larva berkembang menjadi Schistosomes dewasa. Cacing dewasa hidup di pembuluh darah tempat betina mengeluarkan telur. Beberapa telur dikeluarkan dari tubuh melalui feses atau urin untuk melanjutkan siklus hidup parasit. 

Sedangkan parasit yang masih terperangkap dalam jaringan tubuh, menyebabkan reaksi kekebalan dan kerusakan progresif pada organ. Hal tersebut lah yang membuat penyakit demam keong seperti yang jadi endemik di Sulawesi Tengah, Indonesia terjadi. 

 Baca Juga: Lirik Lagu ROAR - THE BOYZ Lengkap Terjemahannya

Gejala demam keong

Gejala demam keong muncul karena reaksi tubuh terhadap telur cacing. Parasit yang menyerang usus dapat menyebabkan gejala sakit perut, diare, dan darah pada tinja. 

Penderita juga bisa mengalami gatal pada kulit yang disebabkan oleh masuknya cacing melalui permukaan kulit penderita. Pada kasus yang lebih serius, demam keong dapat memunculkan gejala pembengkakan organ hati. 

Pada kasus Schistosomiasis yang menyerang saluran kemih, bisa menyebabkan kencing berdarah dan rasa nyeri saat buang air kecil. 

 Baca Juga: Cara Daftar KIP Kuliah di kip-kuliah.kemdikbud.go.id untuk Calon Mahasiswa, Segini Bantuan yang Diterima  

Jenis keong yang dapat menyebabkan demam keong

Kasus endemik demam keong seperti di wilayah Sulawesi Tengah, Indonesia sendiri disebabkan oleh beberapa jenis cacing yang hidup pada tubuh keong jenis Oncomelania Hupensis Lindoensis yang hanya ditemukan di wilayah Sulawesi Tengah. 

Di bawah ini adalah jenis cacing Schistosoma yang menyebabkan demam keong atau Schistosomiasis.

  1. Schistosoma mansoni tersebar di Afrika, Asia Tengah, Kepulauan Karibia, Brasil, Venezuela, dan Suriname. 

  2. Schistosoma japonicum tersebar di China, Indonesia, dan Filipina

  3. Schistosoma mekongi tersebar di beberapa daerah di Kamboja dan Laos

  4. Schistosoma guineensis dan S. intercalatum ditemukan di Hutan Hujan Afrika

  5. Schistosoma haematobium tersebar di Afrika, Timur Tengah, dan Corcisa (Perancis).

Ikuti Artikel Kami Selengkapnya di Google News.***

Editor: Khaerul Amanah

Sumber: WHO

Tags

Terkini

Terpopuler