Kisah Nyata Caleg Stres Usai Gagal pada Pemilu 2019, Inilah Penyebabnya

6 Februari 2024, 18:14 WIB
Ilustrasi fasilitas kesehatan pada Pemilu 2024, untuk masyarakat, petugas hingga caleg stres akibat gagal beberapa waktu lalu /Instagram @bogorgercep/

KABAR WONOSOBO - Ribuan orang menjadi Calon Legislatif (Caleg) pada Pemilu 2024 ini dan akan ada ribuan orang pula yang akan gagal dan kemungkinan akan ada pula yang menjadi stres akibatnya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi seorang calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya besar untuk menang dan lolos menjadi anggota parlemen mulai ratusan juta hingga miliaran rupiah digelontorkan.

Menurut riset dari lembaga Prajna Research Indonesia pada pemilu-pemilu sebelumnya, biaya minimal yang harus disiapkan seorang caleg adalah Rp1-2 miliar untuk tingkat DPR pusat. Kemudian Rp500-Rp1 miliar untuk tingkat DPRD provinsi dan Rp250-300 juta untuk tingkat DPRD kabupaten/kota.

Baca Juga: Cara Cek DPT Online pada Pemilu 2024 Secara Mudah, Terutama Bagi yang Pindah TPS

Angka itu tentunya bukan patokan baku dan sangat mungkin masih berada di bawah dana sebenarnya yang dikeluarkan. Maka rasanya wajar apabila banyak caleg yang stres dan frustasi hingga terganggu kejiwaannya apabila setelah mengeluarkan dana besar ternyata masih juga gagal menjadi anggota dewan.

Menengok pada kasus 5 tahun yang lalu, sejumlah calon anggota legislatif gagal terpilih untuk duduk di parlemen dalam pemilu 2019, beberapa diantaranya mengalami stres.

Salah satunya Arif (bukan nama sebenarnya) yang stres hingga harus menjalani perawatan di panti rehabilitasi rehabilitasi jiwa dan narkoba di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Baca Juga: 2 Website Resmi untuk Cek Profil serta Visi Misi Caleg di Pemilu 2024, Jangan Sampai Beli Kucing Dalam Karung

Arif yang bertarung di kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, untuk duduk di kursi anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) gagal usai mengeluarkan dana lebih dari 1 Miliar Rupiah.

Dikutip dari artikel pada laman BBC yang terbit pada 28 Mei 2019 Awalnya, Arif - yang tidak berkenan membuka identitas sebenarnya-malas ditanyai wartawan. Beruntung, berkat bujukan pengelola panti yaitu Supono, ia bersedia berbincang.

Ia sebenarnya punya niat baik untuk membangun daerahnya yang memiliki devisa nomor satu di Indonesia namun kesejahteraan masyarakatnya masih di bawah rata-rata.

Baca Juga: 2 Website Resmi untuk Cek Profil serta Visi Misi Caleg di Pemilu 2024, Jangan Sampai Beli Kucing Dalam Karung

Kabupaten Kutai Kartanegara tempat asal Arif memang dikenal sebagai salah satu penghasil devisa terbesar Indonesia berkat industri migas dan batu baranya.

Ia lantas tak ragu menggelontorkan dana pribadi hingga meminjam sana-sini demi asanya menjadi anggota dewan. Duit sebesar lebih dari Rp1 miliar terkumpul untuk memodali impiannya itu.

"Yang besar biaya baliho sama stiker. Sama kaos. Itu yang paling besar," ungkap Arif.

Baca Juga: Haul Gus Dur Wonosobo Bahas Budaya Etika Demokrasi Jelang Momentum pemilu

Arif menyebutkan alokasi anggaran untuk belanja alat peraga kampanye (APK) mencapai 60 persen modal yang dikantonginya. Sisanya, ada yang ia siapkan untuk membayar tim sukses, ada pula yang ia belikan sembako untuk dibagikan kepada masyarakat di daerah pemilihannya sebagai sogokan.

"Kebanyakan (warga) sih menerima (saya), Mas. Welcome sama kampanye saya," lanjutnya dengan suara yang konsisten pelan dan perlahan, "cuma di saat penghitungan, suara saya minim sekali."

Dari 600 suara yang ditargetkan, ia ternyata hanya meraup 250 suara. Saat mendengar itu dari tim suksesnya di lapangan, ia merasa kacau. Ia kadung siap jadi penyambung lidah rakyat.

Baca Juga: Partai Buruh dan Partai Garuda Wonosobo tidak Ikuti Pemilu 2024 Karena Alasan Ini

"Bagian juru kampanye saya yang kayaknya bohongin saya, Mas, bagian lapangan saya," ungkapnya menahan geram.

Pada tahun 2019 Panti Rehabilitasi Jiwa dan Narkoba Mustajab, Purbalingga, Jawa Tengah merawat lebih dari 200 pasien gangguan jiwa dan penyalahgunaan narkoba.

Ketua Yayasan Annur, Supono, yang memiliki Panti Rehabilitasi Jiwa dan Narkoba Mustajab serta Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Narkoba H. Mustajab mengatakan Sejak masa pemilu 2014, setiap habis pemilu, panti milik Supono ini menerima caleg stres untuk dirawat di sana.

Baca Juga: Apel Hari Amal Bhakti ke-78 Kantor Kemenag Wonosobo Dihelat Sederhana dan Jaga Kondusifitas Masa Pemilu

"(Tahun) 2014 kemarin ada hampir 30 caleg stres, jadi keganggu (jiwanya) lah. Sekarang, 2019, kita kedatangan lagi teman-teman kita yang tidak beruntung," tutur Supono.

"Tapi saya mengatakan bukan stres itu, hanya terganggu. Dia hanya kaget saja," katanya.

Pengalaman pahit Arif juga dialami caleg-caleg gagal lainnya di seantero Indonesia. Sebagiannya mencari pertolongan dengan mendatangi fasilitas rehabilitasi seperti yang dimiliki Supono.

Baca Juga: Babinsa Wonosobo Ingatkan Linmas akan Tugas Pokoknya, Singgung Soal Pemilu dan Pilkada

Lima tahun berlalu, fenomena ini tampaknya masih akan ada tahun ini apalagi dengan jumlah caleg yang semakin banyak dan persaingan yang semakin keras maka kemungkinan ada caleg yang stres usai kalah pemilu tentu masih terbuka lebar.

Untuk para caleg dan keluarga tentunya harus menyiapkan mental untuk siap kalah dan siap menang serta menata hati dan mental dengan lebih baik.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: BBC

Tags

Terkini

Terpopuler