Mengenal Festival Tradisi Lopis Raksasa di Krapyak Pekalongan, Pecahkan Rekor MURI!

6 Juni 2023, 12:12 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengaku terkesan setelah mencicipi kue lopis raksasa di Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Rabu, 12 Juni 2021. /Dok. Jatengprov.go.id

 

KABAR WONOSOBO - Pekalongan adalah kota yang mempunyai beberapa tradisi ketika bulan syawal atau biasa kita sebut dengan Syawalan. Tradisi-tradisi pada bulan Syawal yang ada di Pekalongan ini biasanya untuk memeriahkan acara Syawalan dan untuk menjalin silaturahmi antar warga agar tetap terjaga dengan baik.

Salah satu tradisi Syawalan di Pekalongan adalah festival Tradisi Lopis Raksasa di Krapyak, yang digelar pada perayaan Syawalan. Tradisi ini terjadi di Krapyak Kidul, Gang 8, Kota Pekalongan.

Tradisi lopis raksasa ini sudah menjadi acara tahunan pada bulan Syawal yang diselenggarakan oleh masyarakat Krapyak Kidul dan juga pemerintah yang ikut terlibat dalam perayaan acara tersebut.

Baca Juga: Mengenal Situs Candi Bogang Wonosobo, Bukan Candi Namun Memiliki Arca Buddha Terbesar di Pulau Jawa

Makna dari diadakannya perayaan lopis raksasa ini adalah untuk menjaga silaturahmi masyarakat setempat dan dijadikan sebagai ajang silaturahmi. 

Tradisi lopis raksasa ini juga memiliki perubahan setiap tahunnya. Sebelumnya lopis ini hanya berukuran kecil dan disediakan secara cuma-cuma untuk tamu tamu yang datang.

Seiring berubahnya zaman, lopis ini dimodifikasi sehingga berukuran besar yang mana sekarang dijadikan sebagai acara tahunan oleh masyarakat Krapyak Kidul.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Ruwatan, Budaya Potong Rambut Gimbal di Wonosobo

Pada tahun 2023 ini, lopis yang dibuat untuk acara tradisi Syawalan mempunyai berat 1.830 kg dengan tinggi 223 cm dan memiliki diameter 250 cm.

Perayaan festival yang juga tradisi ini sangat meriah, sehingga melibatkan hampir semua kalangan masyarakat. Mulai dari anak kecil, remaja, bahkan orang tua ikut serta dalam proses perasaan tradisi ini.

Masyarakat setempat khususnya pemuda, mereka bergotong royong dalam pembuatan lopis raksasa ini. Pembuatan lopis raksasa ini juga memakan waktu yang tidak singkat, mengingat ukuran lopis yang cukup besar.

Baca Juga: Mengenal Bundengan, Alat Musik Tradisional Wonosobo yang Telah Mendunia

Awal pembuatan lopis raksasa ini yaitu pencucian beras ketan terlebih dahulu sampai bersih. Setelah itu beras di rendam di dalam air selama 10-15 menit.

Kemudian beras yang sudah direndam itu dimasak setengah matang. Setelah beras ketan dimasak setengah matang, beras ketan ditumbuk sampai kalis. Lalu dimasukkan ke dalam daun pisang yang sudah ditata dengan penyangga yang terbuat dari bambu.

Setelah itu lopis yang setengah matang dimasukkan ke dalam dandang dan dimasak sampai benar benar matang. Proses perebusan ketan menjadi lopis ini memakan waktu selama 2 hari 2 malam. Setelah matang lopis di angkat dan didiamkan selama 2 hari sampai hari H perayaan syawalan. 

Baca Juga: Mengenal Pesugihan Kandang Bubrah, Apa Saja Ciri dan Syarat Melakukannya?

Perayaan tradisi lopis raksasa di Krapyak ini juga berlangsung dengan sangat meriah. Pada saat hari perayaan tradisi tersebut banyak sekali orang-orang yang menyaksikan kemeriahan dari Tradisi Lopis Raksasa ini.

Bahkan yang menyaksikan bukan hanya warga setempat Kota Pekalongan, tetapi dari daerah lain bahkan juga bisa dari provinsi lain. Apalagi tradisi lopis raksasa ini merupakan suatu hal yang menarik dan mengundang perhatian banyak orang.

Ketika perayaan Tradisi Lopis Raksasa di Krapyak ini terdapat hal seremonial di lokasi festival lopis raksasa ini yaitu acara pemotongan lopis raksasa.

Baca Juga: Mengenal Tari Lengger Wonosobo: Kesenian Tari Toping Romantis yang Mengandung Unsur Magis

Dalam upacara tradisi lopis raksasa ini, tentunya mengandung nilai-nilai spiritual. Contohnya pembacaan basmalah, pembacaan doa saat upacara tradisi berlangsung dan diamini oleh pengunjung dan tamu-tamu yang menyaksikan perayaan tradisi tersebut.

Tradisi ini pasti menjadi suatu hal yang ditunggu oleh masyarakat setempat maupun tamu-tamu dari daerah lain. Karena tradisi lopis raksasa ini merupakan suatu tradisi yang hanya terjadi dalam satu tahun sekali dan merupakan sebuah tradisi yang menarik dan mungkin tidak semua daerah memilikinya.

Suatu tradisi seperti Lopis Raksasa Krapyak ini perlu dilestarikan dalam budaya tradisi di Indonesia, agar tetap menjadi suatu budaya yang tidak hilang ditelan zaman dan bisa dinikmati oleh banyak orang.***

Artikel ini merupakan hasil korespondensi dari Risma Nur Karimah. Karya Citizen Journalism ini telah melalui proses kurasi dan editing oleh Tim Redaksi Kabar Wonosobo.

 

Editor: Agung Setio Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler