Anggota keluarga, Yohannes Terawan (31) akhirnya mengetahui bahwa ada empat (4) buah gorong-gorong yang ada di bawah rumahnya pecah. Kemungkinan besar itu disebabkan karena aliran air tersumbat tumpukan sampah.
"Gorong-gorong pecah, kemudian airnya naik ke permukaan. Karena hujan intensitas tinggi, air terus menggerus tanah disekitar gorong-gorong sampai melebar," katanya.
Dari kejadian itu, kerugian material diperkirakan senilai Rp11 Juta dan bisa bertambah karena gorong-gorong belum bisa diperbaiki akibat curah hujan tinggi. Usai kejadian, sampah menumpuk. Sebelum mengungsi sampah telah dibersihkan bersama warga agar tidak semakin parah.
Setelah kejadian, Supadiyono bersama istri, menantu, anaknya, dan dua orang cucu yang masih Balita mengungsi ke GPdI Anugrah Traji yang tidak jauh dari rumahnya. Mereka bermalam di sebuah ruang istirahat bekas tempat tinggal Pastur.
Gotong royong dilaksanakan pada Kamis (18/2/2021) sehingga kondisi bangunan rumah tidak semakin parah. Bahkan untuk penanganan darurat, ia telah memesan empat buah gorong-gorong untuk mengganti yang rusak. Sejumlah pasir juga telah disediakan dan material semen akan dibantu oleh BPBD setempat.
“Saya berharap, pemerintah desa bisa melakukan normalisasi saluran dengan mengalihkan saluran ke belakang atau depan rumah. Supaya kami lebih aman, karena kalau ditanggung sendiri tidak kuat, biayanya tidak sedikit," tandasnya.***