27.181 Anak Wonosobo Usia 7-18 Tahun Masuk Kategori Anak Tidak Sekolah, Gagas Program Mayo Sekolah

8 Oktober 2021, 21:33 WIB
Pembahasan Anak Tidak Sekolah Wonosobo rakor pada Jumat 8 Oktober 2021 /Dinas Kominfo Wonosobo

 

KABAR WONOSOBO - Ada Data mengejutkan dari hasil rapat koordinasi lintas sektor membahas penanganan anak tidak sekolah (ATS) digelar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Wonosobo.

Diketahui ada sebanyak 27.181 anak dalam rentang usia 7-18 tahun di 15 Kecamatan masuk kategori belum pernah sekolah dan tidak sekolah lagi.

Secara umum, kondisi sektor pendidikan di Kabupaten Wonosobo membutuhkan perhatian dan penanganan serius.

Kepala Bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya Bappeda, Amin Purnadi, ketika ditemui seusai rakor pada Jumat 8 Oktober 2021, menyebut ia mengajak sejumlah pihak terkait untuk menekan angka ATS tersebut, dengan mengangkat gagasan berupa program Mayo Sekolah.

Baca Juga: SDM Berintegritas Kunci Pemerintahan yang Bersih, Disiplin PNS Wonosobo Jadi Hal Utama

“Program Mayo Sekolah, atau Ayo Sekolah ini kita gagas dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, di antaranya menangani Anak Tidak Sekolah untuk kembali ke bangku pendidikan di sekolah,” terang Amin.

Sejumlah pihak yang diajak dalam forum rakor selama dua hari tersebut, menurut Amin Purnadi adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Sosial Permasdes, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, serta Dinas PPKBPPA dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Pemkab Wonosobo.

Bersama perangkat-perangkat daerah tersebut, Amin mengaku mengajak serta mereka, agar turut mendukung program unggulan Wonosobo Pintar yang telah menjadi amanat dalam visi dan misi Pemerintah Kabupaten.

Baca Juga: Ponpes Al Musthofa jadi Cabang Tebuireng 16 Dibangun di Temanggung, Dikonsep Green Building

“Forum rakor ini adalah dalam rangka kita menyamakan persepsi perihal bagaimana upaya kedepan untuk menangani problem ATS ini secara bersama-sama, sehingga pelaksanaannya tidak tumpang tindih serta bisa menyentuh sasaran yang tepat,” jelas Amin.

Usai digelar rakor, Amin mengaku akan segera menindaklanjuti dengan pemetaan data terpadu, sebelum kemudian berlanjut pada tahapan rencana aksi daerah.

Perihal penyebab masih tingginya angka anak tidak sekolah di Kabupaten Wonosobo, Kepala Sub bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Sri Fatonah WI menyebut kondisi geografis pegunungan dengan kontur relatif tidak rata, menjadi salah satu faktor anak sulit mengakses pendidikan.

“Kemudian juga masih ada desa dan dusun terpencil di Kabupaten Wonosobo dengan tingkat kesulitan beragam untuk mencapai sekolah terdekat, baik di jenjang SD, SMP sampai SMA,” terangnya.

Baca Juga: Nahjah Failusufa Albab Utusan Wonosobo di Kafilah Jateng STQ XXVI Maluku Utara

Dari data peta layanan transportasi dan sebaran sekolah SMP, Fatonah juga menuturkan tidak semua sekolah berada di jalur tersebut sehingga jarak antara rumah dengan sekolah cukup jauh ketika harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Jarak yang jauh tersebut, menurutnya juga menambah beban bagi orang tua untuk menyediakan biaya transport tambahan.

Baik ketika harus mengunakan ojek ataupun terpaksa mengijinkan anaknya mengendarai kendaraan roda 2 meski secara usia belum diperkenankan.

Tingginya ATS tersebut, seperti dipaparkan Fatonah juga berujung pada rendahnya rata-rata lama sekolah (RTLS) di Kabupaten Wonosobo.

Baca Juga: Pemkab Wonosobo Bakal Jajaki Digital Government untuk Dukung Smart City

Berdasar pada data tahun 2020, RTLS Kabupaten Wonosobo masih berada pada angka 6,81 tahun, jauh di bawah RTLS Provinsi Jawa Tengah yang telah berada pada angka 7,69 pada tahun yang sama.

“Di kawasan regional atau se-Eks Karesidenan Kedu Kabupaten Wonosobo juga berada di posisi paling bawah, sehingga memang diperlukan keseriusan seluruh pihak agar kondisi tersebut bisa diperbaiki,” pungkas Fatonah.***

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Dinas Kominfo Wonosobo

Tags

Terkini

Terpopuler