KABAR WONOSOBO - Dieng Caldera Race baru saja selesai digelar di Tambi Tea Resort, Wonosobo, Jawa Tengah. Acara tersebut berlangsung mulai tanggal 7 sampai 9 Juni 2024.
Dieng Caldera Race (DCR) merupakan salah satu event olahraga lari lintas alam atau yang lebih dikenal dengan trail run. Pada awalnya, Dieng Caldera Race dikenal dengan nama Dieng Detrac Trail Run Series atau DDTRS,
DCR sendiri diikuti oleh peserta sebanyak 756 orang yang terbagi dalam empat kategori yang berbeda, yaitu kategori pertama jarak 10 km dengan elevasi 495 meter dan durasi maksimal lima jam, kedua jarak 21 km dengan elevasi sekitar 1.185 meter dengan durasi delapan jam.
Sedangkan untuk kategori agak berat ada di jarak 42 km dengan elevasi sekitar 2.630 meter dengan durasi waktu 14 jam. Kategori terberat di jarak 75 km dengan elevasi 4.850 meter dan durasi waktu 24 jam.
Rute yang ditempuh para peserta terbilang menantang dan memanjakan mata, karena para peserta melewati hamparan perkebunan teh Tambi, kemudian melewati Gunung Prau, Gunung Bismo, serta berbagai lintasan alam yang ada di kawasan Dieng dan berakhir di Tambi Tea Resort.
Dieng Caldera Race sendiri diikuti oleh berbagai peserta dari berbagai kota di Indonesia, bahkan ada tujuh peserta dari mancanegara, yaitu tiga orang dari Perancis, dua orang berasal dari Jepang, satu orang dari Belarus, dan satu orang dari Kolombia.
Menurut salah satu penyelenggara yaitu Julius Cendrawan mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang bagus untuk menyelenggarakan trail run, karena di Indonesia sendiri memiliki bentang alam yang sangat bagus dan menjanjikan.
Mahendrata sebagai salah satu penyelenggara berharap bahwa untuk kedepannya lebih melibatkan warga lokal seperti Banser, Hansip dan komunitas lari yang ada di Wonosobo.
“Yang masih kurang disini, yang paling kelihatan itu kurangnya tempat makan dan penginapan” kata Julius.
Baca Juga: Gandeng Dieng Bersih dan Ruang Melambat, Berani Bermain Ajak Anak-Anak Mengenal dan Mencintai Alam
Ia juga menambahkan bahwa penginapan yang tersedia pun tidak bisa menampung jumlah peserta 756 orang saja, sehingga mengakibatkan para peserta mencari penginapan di area Wonosobo. Selain itu, susahnya para peserta untuk mencari makan malam, hal itu dikarenakan warung makan sekitar penginapan sudah mulai tutup pada pukul delapan malam.
Julius berharap dengan adanya kegiatan ini dapat memicu pemerintah daerah agar lebih meningkatkan fasilitas-fasilitas untuk para peserta, seperti penginapan dan tempat makan***