Petani asal Dieng Puji Widodo 10 Tahun Bangun Hanggar Kompos, Ajak Petani Berbakti pada Tanah

- 4 November 2021, 22:58 WIB
Pengembang Hanggar Kompos Puji Widodobersama eks pimpinan Batan, Anhar Riza Antariksawan ketika pertemuan Business Matching, 31 Oktober 2021
Pengembang Hanggar Kompos Puji Widodobersama eks pimpinan Batan, Anhar Riza Antariksawan ketika pertemuan Business Matching, 31 Oktober 2021 /Kabar Wonosobo/ Erwin Abdillah

KABAR WONOSOBO – Istilah Birrul Walidain menjadi bagian dari ajaran Islam yang merupakan tindakan berbakti kepada kedua orang tua. Hal itulah yang selalu diingatkan Puji Widodo kepada para rekan petani di kawasan Dieng.

Namun yang dimaksudkan Puji Widodo selama ini bukanlah dalam konteks berbakti pada orang tua yang berwujud manusia, namun kepada yang menjadi jalan rezeki hingga para petani bisa hidup hingga hari ini, yakni tanah.

“Yang kerap dilupakan petani, khususnya di kawasan Dieng saat ini adalah berbakti pada tanah, padahal konsep itu sudah kita pelajari pada Birrul Walidain, berbakti pada orang tua. Sudah seharusnya petani berbakti pada media tanam dengan tidak mencemari tanah dan meracuninya, sehingga saya mengajak mereka mengembalikan fungsi tanah lewat kompos ini,” tutur Puji 31 Oktober 2021.

Baca Juga: Universitas Pandanaran melaksanakan Coaching Clinic Kewirausahaan di SMK N 1 Wonosobo

Pupuk yang dikembangkan Puji selama 10 tahun terakhir sudah cukup lama dikenalkan pada para petani, namun respon yang muncul selama ini belum menggembirakan. Bahkan beberapa petani baru dua tahun terakhir mulai beralih dan masih sebagian kecil petani yang melirik pupuk racikannya yang dinamai Hanggar Kompos.

“Saya memilih bisnis yang merawat alam dan ingin mengubah mindset perani untuk pindah ke pupuk organik. Namun dalam setahun terakhir baru ada respon yang baik, itu pun setelah melihat langsung hasilnya. Maklum tanah di kawasan Dieng sudah parah kondisinya, karena jenuh dengan pupuk kimia berlebihan dan pupuk yang tidak ramah pada kondisi tanah,” imbuhnya.

Hanggar Kompos yang terdaftar sebagai salah satu UMKM di Wonosobo tersebut kini telah berhasil menjual produknya hingga ke beberapa daerah dan bahkan memiliki reseller tetap.

Baca Juga: 95 KPM PKH Mojotengah Wonosobo Lakukan Graduasi, Undur Diri dari Status Penerima Bantuan

Volume penjualan pun meroket dalam setahun terakhir dan pernah mencatatkan penjualan hingga 20 ton lebih per bulannya. Namun harga pupuk kompos yang dikembangkan Puji sangat terjangkau yakni di kisaran Rp500 hingga RP750 per kilogram.

“Belum lama ini kami mendapat pendampingan dari BRIN – Batan lewat program business matching dan kami dibantu IMR (Inoculant Microba Rhizosfer) untuk digunakan dalam pupuk kami,” tuturnya.

Diungkap Puji yang pada 2008 banting setir dari petani kentang tersebut, bahwa dengan memanfaatkan IMR ternyata bisa dihasilkan benih yang lebih bagus ketika diaplikasikan pada komposnya sebagai soil block.

Bahkan hasil nyatanya bisa dilihat di beberapa kawasan pertanian yang kini telah ditetapkan menjadi food estate di Wonosobo yakni di desa Lamuk kecamatan Kalikajar.

Baca Juga: Ini Pesan Penting Cicit Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang Berkunjung ke Wonosobo, Menyapa Pedagang

“Kualitas hasil panen seperti jagung manis hingga cabai berhasil dan membaik bahkan untuk cabai merah sudah digunakan tiga kali penggunaan,” imbuhnya.

Sementara itu, kompos yang dikembangkan Puji berasal dari limbah media tanam jamur kancing yang ada di Batur Dieng, yakni dari perusahaan Nation Champignon. per bulan 200 ton limbah jamur kancing.

Dalam setahun Puji memproyeksikan untuk bisa menghasilkan 600 ton pupuk kompos dan telah disepakati penggunaannya untuk optimasi di beberapa kelompok tani dan dijual secara komersial hingga ke luar provinsi Jateng.

Baca Juga: Dalam Sehari Terjadi Banjir, Longsor dan Kebakaran di Wilayah Wonosobo, Kerugian Capai Ratusan Juta

“Arahnya Hanggar Kompos ini sebenarnya hulu ke hilir sampai produk hasil tani organik, seperti kentang yang hingga hari ini menjadi alasan rusaknya tanah di dieng. Orientasinya mari wariskan kesuburan tanah untuk generasi berikutnya. Kompos kami sudah dilirik Taiwan dan ada cita-cita untuk mengirim ke sana. Mari beralih ke pupuk dan produk organik go organic or die,” pesan Puji Widodo.***

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah