“Program ini diwujudkan melalui pemberian dua butir telur setiap hari kepada balita stunting di Kabupaten Wonosobo selama 90 (sembilan puluh) hari, yang menyasar 7.774 balita. Harapannya mampu mengurangi prevalensi stunting secara signifikan,” tuturnya.
Namun Jaelan menekankan, perlu dicermati bersama tantangan pelaksanaan program ini bukan lagi pada pengadaan telurnya, akan tetapi bagaimana kita bisa memastikan bahwa telur ini memang dikonsumsi oleh balita stunting secara utuh dan berkelanjutan selama 90 hari.
Baca Juga: Hadiah Hari Jadi Wonosobo 2023 Jadi Best Practice Penurunan Stunting, Menuju Zero New Stunting
Kepala Dinas PPPKBPPPA Kabupaten Wonosobo Dyah Retno Afif Nurhidayat menambahkan, rembug stunting dijadikan momentum meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam penanggulangan stunting yang menjangkau seluruh sasaran, baik balita, keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu sinergitas antara seluruh sektor terkait yang berhubungan dengan penurunan stunting yang lebih intensif sehingga penurunan stunting di Wonosobo dapat cepat tercapai.
Target penurunan stunting menjadi catatan penting dan sebagai dasar dalan rumbug ini, dengan harapan dapat menghasilkan strategi operasional yang bisa dilaksanakan bersama-sama.
“Saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam program ini, termasuk Bank Jateng Wonosobo, KORPRI Wonosobo, Persit Chandra Kirana, Pemerintah Desa, Dharma Wanita, IPeKB, Dinas Kesehatan, juga lembaga dan masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas kontribusinya dalam pengentasan stunting di kabupaten kita,” tutupnya.***