Jadi Kafe ‘Sunyi’ Pertama di Indonesia, Mute Area Tempat Berkarya para Difabel Tuli

- 22 Februari 2021, 13:27 WIB
Fasad dari bangunan Mute Area Wonosobo
Fasad dari bangunan Mute Area Wonosobo /dok. Kabar Wonosobo

KABAR WONOSOBO - Menjamurnya kedai kopi atau café (kafe) di Wonosobo tidak menyurutkan niat para suster yang tergabung dalam wadah usaha Protecda atau Productivity and Training Center for Deaf Alumni untuk membuka usaha serupa. Dari kata ‘Deaf Alumni’ kita tahu bahwa para para pekerjanya merupakan alumni sekolah Tuli (tunarungu).

Dua tahun lebih Mute Area dibuka ternyata mendapat respon positif dari masyarakat dan menjadi ajang diskusi komunitas. Ditambah lagi, konsep Mute Area yang mengajak pengunjungnya untuk belajar dunia kawan-kawan tuli. Yakni dengan tidak menyajikan musik hingga di masa awalnya tidak menyediakan koneksi Wifi.

Mute Area mendorong pengunjung untuk bisa berinteraksi dan menyapa kawan-kawan tuli yang bekerja di sana. Hal itu sekaligus menjadi upaya mengenalkan dunia kawan-kawan tuli kepada masyarakat umum.

Baca Juga: Job Presenter Berkurang, Aris dan Istrinya Kembangkan Jamu Kebahagiaan dan 8 Varian Lain Untuk Millenial

Sebagaimana dikutip KabarWonosobo.com dari unggahan kanal Youtube Official Wonosobo WEB TV, munculnya Mute Area memang sebagai wadah kawan-kawan tuli setelah lulus dari Sekolah Luar Biasa tipe B (SLB-B) Dena Upakara dan Don Bosco yang ada di Wonosobo.

“Karyawan-karyawan yang ada di sini merupakan kawan tuli yang sudah lulus dari SLBB Dena Upakra dan Don Bosco. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk menerima karyawan dari luar,” kata Sister Fransiska, direktur Mute Area.

Menurut Sr. Fransiska, Mute Area berawal dari usaha salon yang merupakan unit kerja dari Dena Upakara. Setelah berjalannya waktu, salon tersebut dilengkapi dengan cafe dan kemudian dikonsep hingga seperti sekarang ini dan dinamai Mute Area alias area sunyi atau nir suara.

Baca Juga: Temui Teten Masduki, Shopee Sampaikan Dominasi Pedagang Lokal dan UMKM sampai dengan 97 Persen

Mute Area tidak memesang kriteria khusus terhadap karyawan dan Sr. Fransiska menyebut bidang usaha itu tidak sepenuhnya bisnis, melainkan usaha berbasis pemberdayaan. Selain olahan makanan, di sana kita bisa mencoba produk protecda yang sudah diproduksi masal yakni olahan minuman dari Kemar alias terong belanda khas Dieng.

Halaman:

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x