KabarWonosobo mengutip pernyataan Rob Lynch yang menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan ini Papa John’s mengalami penurunan penjualan disusul dengan kontroversi yang melibatkan pendirinya, John Schnatter.
Bahkan pada tahun 2019 penjualan mengalami penurunan 2.7% dan terjadi penutupan beberapa gerai di masa awal tahun 2020.
Setelah penurunan pendapatan pada tahun 2019 tersebut, vendor Pizza ini mulai merasakan perbaikan secara finansial. Pandemi di tahun 2020 membuat penjualan melambung tinggi.
Beberapa gerai mengalami kenaikan penjualan lebih dari 25% pada periode kedua dan ketiga. Namun angka itu akhirnya stabil pada angka 13.5% pada periode keempat.
Seiring dengan peningkatan tersebut, Papa John’s mulai meningkatkan efisiensi dengan menambah alat produksi berupa mesin pembuat adonan. Langkah tersebut dinilai membuat grafik peningkatan pendapatan tetap pada jalurnya.
Layanan melalui telepon akhir-akhir ini kurang diminati sehingga mengalami penurunan pengguna karena mulai digeser oleh sistem penjualan online. Padahal dalam suatu kasus-kasus tertentu, ketika para pegawai sibuk, maka orderan lewat telepon sering dikesampingkan.
Baca Juga: Asparagus Jadi Primadona Baru Petani Temanggung, Mudah Dirawat dan Punya Nilai Jual Tinggi
Saat mendapat perlakuan seperti itu dari sebuah vendor, akhirnya pelanggan yang memesan lewat telepon akan membatalkan pesanannya dan memilih perusahaan lain. Itu artinya kita telah kehilangan pelanggan.
Berkaca dari permasalahan tersebut, Papa John’s sengaja mengembangkan layanan telepon. Tentunya hal ini juga harus diimbangi dengan pembagian tugas stafnya. Harus ada layanan telepon yang menjadi pusat, sehingga pesanan akan tersentral dan pengaturan pesanan jadi lebih efisien.