Arab Saudi juga menyetujui pemotongan besar-besaran setelah perundingan harga dengan anggota OPEC tidak mencapai kesepakatan.
Jatuhnya harga minyak tersebut menyebabkan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Washington dan Riyadh.
Hal itu dikarenakan produsen minyak serpih Amerika Serikat yang biaya produksinya jauh lebih tinggi daripada Arab Saudi menghadapi ancaman eksistensial terhadap keberadaan mereka.
Pasar minyak global juga sempat mengalami gejolak harga karena melemahnya permintaan dari China yang merupakan pengimpor minyak terbesar dunia.
Permintaan minyak mentah dari China dilaporkan menurun 3 persen terhadap waktu yang sama pada 2020.
Baca Juga: Salat Subuh Berjamaah Tertunda 45 Menit, 2 Pejabat Masjid Nabawi Madinah Dipecat Otoritas Arab Saudi
Tetapi, kini pasar minyak telah stabil setelah OPEC+ setuju mencatat pengurangan pada produksi.
Pembatasan tersebut telah dilonggarkan secara bertahap dan sekarang mencapai sekitar 5,8 juta barel per hari.
Sebagian besar anggota OPEC+ juga mendukung proposal untuk melonggarkan pemotongan hingga akhir tahun ke depan.