KABAR WONOSOBO – Arab Saudi dan Uni Emirat Arab kini telah mencapai kesepakatan kompromi atas kuota produksi minyak mentah OPEC+.
Sebelumnya telah terjadi perselisihan yang berpusat pada kuota minyak tanah dalam pembicaraan antara negara-negara OPEC+ yang dipimpin oleh Rusia.
Permasalahan utama adalah saat para negara OPEC meminta tambahan 2 juta barel minyak mentah per hari kepada produsen Abu Dhabi.
Mereka cenderung mengabaikan pembatasan Covid-19 dengan memaksa penyetokan minyak mentah.
Baca Juga: Normalisasi Hubungan UEA dengan Israel, Pangeran Abu Dhabi Tanam Investasi Senilai 173 Miliar Rupiah
Sementara harga minyak mentah baru-baru ini melonjak ke level tertinggi dalam dua setengah tahun ini karena gejolak ekonomi di seluruh dunia.
Untuk mengatasi hal tersebut, kedua negara produsen utama OPEC yakni Arab Saudi dan UEA mencapai kesepakatan kompromi dengan mematok global minyak mentah dari sekitar $1 menjadi $75 per barel.
Tahun lalu, harga minyak jatuh setelah adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pemusnahan permintaan minyak mentah global.
Arab Saudi juga menyetujui pemotongan besar-besaran setelah perundingan harga dengan anggota OPEC tidak mencapai kesepakatan.
Jatuhnya harga minyak tersebut menyebabkan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Washington dan Riyadh.
Hal itu dikarenakan produsen minyak serpih Amerika Serikat yang biaya produksinya jauh lebih tinggi daripada Arab Saudi menghadapi ancaman eksistensial terhadap keberadaan mereka.
Pasar minyak global juga sempat mengalami gejolak harga karena melemahnya permintaan dari China yang merupakan pengimpor minyak terbesar dunia.
Permintaan minyak mentah dari China dilaporkan menurun 3 persen terhadap waktu yang sama pada 2020.
Baca Juga: Salat Subuh Berjamaah Tertunda 45 Menit, 2 Pejabat Masjid Nabawi Madinah Dipecat Otoritas Arab Saudi
Tetapi, kini pasar minyak telah stabil setelah OPEC+ setuju mencatat pengurangan pada produksi.
Pembatasan tersebut telah dilonggarkan secara bertahap dan sekarang mencapai sekitar 5,8 juta barel per hari.
Sebagian besar anggota OPEC+ juga mendukung proposal untuk melonggarkan pemotongan hingga akhir tahun ke depan.
Ketegangan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi kini juga telah berkurang setelah keduanya berhasil melewati polemik permasalahan harga pada minyak mentah sebelumnya.***