Pitu berarti ‘pitulungan’ atau pertolongan, sehingga diharapkan bahwa setelah menikah, mempelai akan senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Setelah ritual siraman dilakukan, ayah dari mempelai pria maupun wanita akan melaksanakan prosesi bopongan.
Bopongan sendiri diambil dari kata ‘bopong’ yang dalam bahasa Jawa berarti gendong. Ayah dari calon mempelai akan menggendong anaknya menuju kamar.
Prosesi bopongan dalam budaya Jawa memiliki makna yang mendalam, yakni sebagai wujud kasih sayang orang tua, khususnya sang ayah kepada anaknya.
Bopongan menunjukkan besarnya cinta seorang ayah yang selalu membimbing sang anak menuju fase kehidupan baru yang akan dilalui anak, yakni pernikahan.***