KABAR WONOSOBO – Congklak merupakan suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia.
Di Jawa, permainan ini dikenal dengan nama dakon atau dakonan, kemudian di daerah Sumatera berkebudayaan Melayu permainan ini dikenal dengan nama congklak.
Di Lampung, permainan ini lebih dikenal dengan nama Dentuman Lamban sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan beberapa nama seperti Mokaotan, Maggaleceng, Anggalacang.
Baca Juga: Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan
Permainan tradisional ini tidak hanya ada di nusantara, di negara tetangga, Malaysia juga terdapat permainan ini dengan nama yang sama.
Sementara di Inggris permainan tradisional anak-anak yang populer di Jawa ini dikenal dengan nama Mancala.
Congklak yang dibawa antara bangsa Arab atau Afrika ini, dulunya lebih sering dimainkan oleh anak-anak bangsawan.
Selain dibawa oleh pedagang, permainan congklak ini dapat menyebar ke berbagai negara karena penyebaran Islam.
Selain Filipina, negara seperti Srilanka juga mengenal permainan ini dan pada abad ke-17 permainan serupa juga telah populer di wilayah Madagaskar hingga Turki.
Pada tahun 1983, sebuah bidak congklak ditemukan di sebuah situs di Panjunan, Banten dimana situs ini dulunya diketahui sebagai pabrik tembikar.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Permainan Tradisional Bakiak yang Melatih Koordinasi Berasal dari Daerah Ini
Bidak congklak yang ditemukan tersebut terbuat dari tanah liat dan saat ini benda bersejarah tersebut telah di simpan di Museum Nasional Indonesia.
Diantara berbagai permainan tradisional, congklak bisa dibilang sebagai board game atau permainan papan tradisional.
Papan untuk bermain congklak ini dibuat dengan membuat sebanyak 16 lubang sebagai wadah.
Terdapat tujuh lubang di masing-masing sisi dan satu lubang di kedua ujung bagian depan congklak.
Selain papan permainannya, benda lain yang digunakan dalam permainan ini adalah 98 biji-bijian atau kerikil.
Kedua pemain nantinya akan memulai memindahkan biji-bijian dari satu lubang ke lubang lainnya.
Ada sebuah arti sederhana di balik permainan ini dimana dakon atau congklak sesungguhnya diadaptasi dari kata daku yang berarti saya.
Oleh karena itu, makna permainan congklak ini adalah untuk tidak menonjolkan ego seseorang yang memperlihatkan sisi kompetitif dari masing-masing pemainnya.
Tujuannya hanya untuk saling menghibur satu sama lain dan tidak ada persaingan untuk memenangkan permainannya.***