Review Novel 'Amba' Laksmi Pamuntjak, Ambil Latar Kerusuhan G30S PKI

8 September 2022, 20:31 WIB
Laskmi Pamuntjak menyajikan kisah cinta di antara Amba dan Bhisma di tengah kemelut kerusuhan tahun 1965 yaitu G30S PKI dalam novel Amba atau The Question of Red. /Instagram/ @laksmiwriter/Laksmi Pamuntjak

KABAR WONOSOBO - Bulan September menjadi salah satu bukti sejarah kelam yang mewarnai Indonesia, salah satunya yaitu karena Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memuncak tahun 1965 silam. 

Banyak diceritakan ulang termasuk dalam literatur fiksi, salah satu sastrawan Indonesia yang menjadikan tragedi G30S PKI sebagai sebuah latar sebuah roman adalah Laksmi Pamuntjak. 

Melalui tokoh utama bernama Amba, Laksmi Pamuntjak mengubah kisah cinta di antara Amba dan Bhisma yang muncul dalam cerita Mahabharata ke dalam sebuah roman sejarah. 

Baca Juga: Kutipan 'Laut Bercerita' Leila S Chudori; Novel Sejarah tentang Tragedi Penculikan Aktivis Tahun 1998

Sosok Amba yang gambarkan perempuan kebanyakan

Novel ini mengambil latar di Yogyakarta, Kediri, dan Pulau Buru.

Tanpa memperhitungkan bagian pembuka, Amba beralur maju.

Dengan menceritakan awal masa kecil Amba bersama dengan keluarganya di Kadipura.

Kehidupannya dengan menjadi kakak dari sepasang bayi kembar cantik, Ambika-Ambalika.

Ia yang hanya tertarik dengan buku sampai keberangkatan Amba untuk melanjutkan studi ke Yogyakarta.

Baca Juga: Sinopsis Bukan Cinderella: Adaptasi Novel Wattpad yang Jadi Film Perdana Fuji

Kisah cinta Amba dibuka oleh kehadiran Salwa sampai berlabuhnya ia di hati Bhisma, dokter lulusan Jerman yang lantas menghilang.

Novel ini menyajikan proses belajar yang menyenangkan dan juga indah dengan kata-kata puitis, setiap bagian dibuka dengan kisah pewayangan, dan penggambaran latar yang sempurna.

Selain sejarah yang menjadi latar hingga berpengaruh kepada jalan cerita. Amba juga turut pula diwarnai oleh intrik Amba dengan diri sendiri.

Mengenai konfliknya sebagai perempuan, sebagai makhluk Tuhan, sebagai putri dari orang tua yang berpandangan berbeda, dan juga sebagai kakak.

Baca Juga: Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala, Siap Jadi Serial Netflix

Sedangkan Bhisma lebih diceritakan bagaimana ia bertarung dengan prinsip dan ketakutan.

Amba turut pula menyajikan pembelajaran terkait perempuan.

Terutama perempuan yang tumbuh di lingkungan adat Jawa yang kental.

Bahwa perempuan haruslah untuk ‘manut’ atau menurut.

Dilarang untuk melakukan banyak hal, termasuk mendapatkan pendidikan yang layak, hanya karena ia perempuan.

Namun, Amba mendobraknya.

Ia perempuan yang bebas.

“Kamu jangan sampai terjerat oleh apa yang dibayangkan orang. Kamu harus bisa mengatasinya dan memberi makna sendiri kepada namamu.” (kutipan halaman 107)

 Baca Juga: 20 Kutipan 'Laut Bercerita' Leila S Chudori, Novel yang Kisahkan Tragedi 1998

Roman sejarah yang dibalut tragedi G30S PKI

Laksmi Pamuntjak menyajikan roman dari sosok Amba dan Bhisma yang terpisah di Yogyakarta dalam kerusuhan G30S PKI.

Bhisma yang dituding sebagai salah satu antek PKI dikirim ke Pulau Buru dan tak pernah kembali.

Amba yang ditulis oleh Laksmi Pamuntjak seolah menggambarkan sebuah kutipan yang berbunyi, “Jika Anda ingin tahu apa yang terjadi di sebuah negeri, maka bacalah karya sastranya.”

Baca Juga: Review Novel 'Laut Bercerita' Leila S Chudori: Misteri Hilangnya Aktivis Tahun 1998

Laksmi Pamuntjak menghadirkan kembali ingatan kelam Indonesia kepada para pembaca, bahwa pernah ada ‘tragedi’ besar di negeri ini, yaitu G30S PKI.

Pemberitaan tentang runtuhnya moral akibat pergolakan politik. Menunjukkan bagaimana selama ini masyarakat telah hidup lama di bawah puing-puing bangunan moral yang ‘diruntuhkan’ tersebut.

Tidak hanya menghancurkan sistem pemerintahan Indonesia sendiri, tragedi tersebut turut merambah pada hubungan dua orang manusia.

Baca Juga: Bocoran Novel Bright Jessica Eks Girls' Generation yang Masih Ramai Dibahas Netizen

Romansa di antara Bhisma dan Amba diwarnai dengan konflik politik yang sedang terjadi di tahun 1965-an.

Masa-masa ketika gerakan Partai Komunis Indonesia yang gencar-gencarnya diberitakan.

Melalui Amba, pembaca akan belajar untuk tidak hanya memandang PKI sebagai ‘sumber kekacauan Indonesia’ tetapi turut membuka pemikiran, bahwa tangan-tangan amoral lah yang menghancurkan negeri ini.

Tidak peduli itu PKI, militer, atau pemerintah sendiri.

 Baca Juga: Sinopsis Tabula Rasa: Novel Karya Ratih Kumala yang Bahas LGBT

Keserasian dengan epos Mahabharata di antara Amba-Bhisma-Salwa

Bukan hanya itu, ada paragraf-paragraf yang juga disusupi oleh penggambaran mengenai makanan, kisah-kisah dalam pewayangan, serta buku-buku dan puisi.

Amba merupakan salah satu novel yang berhasil menjadikan tokoh terkenal dari epos Mahabharat menjadi sebuah tulisan yang mengenyangkan.

Bagaimana Amba, putri dari Kasi yang dibuang oleh sang kekasih, Salwa, setelah dicampakkan oleh Bhisma Dewabrata lantas menuntut balas.

Baca Juga: Dianggap Sindir SNSD dalam Novel Bright, Jessica Jung Berpotensi Dimusuhi Penggemar

Novel ini tidak hanya menghadirkan tragedi amoral di masa lalu yang menyusup hingga ke ranah-ranah terkecil dari para tokoh yang terlibat.

Melainkan turut menghadirkan romansa indah, hubungan antar manusia dan Tuhan, manusia dengan manusia, juga manusia dengan dirinya sendiri.

 

Blurb Amba - Laksmi Pamuntjak

Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari orang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah.

Baca Juga: Eka Kurniawan Gambarkan Tuntutan Maskulinitas Lelaki dalam Novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru.

Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.

Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah.

Baca Juga: Film Seperti Dendam dari Novel Karya Eka Kurniawan Siap Tayang di Netflix April Mendatang

“Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.” Tapi ia meninggalkan kotanya.

Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar peristiwa G30S di Yogyakarta.

Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.***

Editor: Khaerul Amanah

Tags

Terkini

Terpopuler