Diskriminasi Pada Perempuan Diangkat di Novel Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982, Karangan Cho Nam Joo

- 23 Maret 2021, 20:38 WIB
Sampul Novel Terjemahan Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982
Sampul Novel Terjemahan Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982 /biancatwinbee

 

KABAR WONOSOBO – Feminisme menjadi salah satu topik yang diangkat dalam karya tulis seperti novel oleh para penulis perempuan, salah satunya novel bertajuk Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982 karangan Cho Nam-Joo.

Sepekan lalu, berpulangnya Nawal El Saadawi di usia ke-89 yang merupakan penulis buku Perempuan di Titik Nol kembali diangkat dan merajai trending topik Twitter.

Selain Perempuan di Titik Nol, buku yang sempat menjadi fenomena global dengan pandangan feminismenya yang kental adalah Kim Ji Yeong, Lahir Tahun 1982 karangan Cho Nam-Joo.

Baca Juga: Bicara Femisnisme Lewat Buku, Kalis Mardiasih Mendebat Hubungan Jilbab dan Kesalihan Perempuan

Buku yang disorot karena mengungkap dengan terang topik feminisme itu menjadi fenomena global yang membuka kembali pemikiran-pemikiran pembaca tentang perempuan.

Novel Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982 kian populer selepas diadaptasi menjadi film yang diperankan oleh Jung Yu Mi dan Gong Yoo.

Dalam novel setebal 180 halaman tersebut akan diceritakan bagaimana karakter Kim Ji-yeong yang terlahir menjadi anak kedua dari tiga bersaudara harus hidup dalam lingkungan patriarki.

Baca Juga: VOC Berdiri 20 Maret 1602, Perusahaan Multinasional Pertama di Dunia yang Bangkrut dengan Utang 137 Gulden

Berbeda dengan versi film, cerita di dalam novel ini lebih dijelaskan secara rinci dan isu-isu tentang feminisme lebih gamblang untuk diunggah.

Kritik pedas tentang paham-paham patriaki yang ditanamkan sejak dini, ketidakberanian untuk protes karena memang tidak ada yang peduli diangkat dengan gamblang. Begitu pula sistem sosial yang jelas lebih banyak menyalahkan perempuan ketimbang laki-laki.

Tidak perlu jauh-jauh berbicara tentang kasus pelecehan seksual yang sampai sekarang masih menjadi momok mengerikan untuk perempuan, bahkan di lingkungan kecil misal keluarga saja paham tersebut masih melekat.

Baca Juga: Krisis Percaya Diri Terus Menghantui? Coba Tingkatkan ‘Self Apreciation’ dengan Langkah ini

Bagaimana anak-anak gadis tidak diperhatikan kesehatan reproduksinya, bagaimana ibu-ibu rumah tangga hanya dianggap serangga yang mengisap uang suaminya, bagaimana wanita karier dianggap pembangkang dalam keluarga.

“Namun, hari itu Kim Ji-yeong dimarahi ayahnya. Kenapa ia harus kursus di tempat sejauh itu? Kenapa ia berbicara kepada sembarangan orang? Kenapa ia memakai rok sependek itu? Ia harus banyak belajar.

Ia harus berhati-hati, harus berpakaian pantas, harus bersikap pantas. Ia harus menghindari jalan yang berbahaya, waktu yang berbahaya, dan orang yang berbahaya. Kalau ia sampai tidak sadar dan tidak menghindar, maka ia sendiri yang salah.” Kutipan dari halaman 65-66 di novel itu.

Baca Juga: Heboh, Seseorang Mengaku Korban Bullying dan Pelecehan Seksual Semasa Sekolah, Ji Soo Klarifikasi di IG

Salah satu kutipan dalam novel tersebut yang menggambarkan bagaimana keadaan perempuan di lingkungan. Perempuan yang harus selalu dituntut untuk melakukan segala hal dengan berhati-hati. Bertapa terbaliknya konsep yang diterapkan terhadap laki-laki.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: theguardian.com gramedia.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah