Hasil Penelitian Pakar UI Temukan Kandungan Mikroplastik dalam Air Minum Galon Sekali Pakai

- 30 September 2021, 16:31 WIB
Ilustrasi air minum dalam kemasan.
Ilustrasi air minum dalam kemasan. /Pixabay.com/congerdsgn/

KABAR WONOSOBO - Penelitian terbaru Universitas Indonesia dan Greenpeace Indonesia menunjukkan adanya kandungan mikroplastik dalam sampel air galon sekali pakai.

Laboratorium anorganik Universitas Indonesia melakukan uji mikroskopis terhadap sampel galon sekali pakai yang beredar di kawasan Jabodetabek, serta analisa terhadap sumber mata air. 

“Galon sekali pakai dipilih sebagai objek penelitian, karena belum terdapat penelitian terdahulu yang spesifik merespons penggunaan galon sekali pakai,” ujar Dr. rer.nat., Agustino Zulys, M.Sc. dari Universitas Indonesia dikutip Kabar Wonosobo dari Greenpeace.

Baca Juga: Pelajari 4 Tipe dan Ciri Kepribadian Introvert, Jangan-jangan Kalian Termasuk yang Ini

Pengujian dilakukan dengan dua sampel air minum galon sekali pakai dan air sumber mata air Sentul dan mata air Situ Gunung yang digunakan sebagai sumber air galon sekali pakai.

Dari hasil pengujian, ditemukan kandungan mikroplastik dalam sampel B galon sekali pakai ditemukan sebanyak 85 juta partikel per liter atau setara dengan berat 0.2mg/liter. Sementara kandungan mikroplastik dalam galon sekali pakai sampel A sebanyak 95 juta partikel/liter atau setara dengan berat 5 mg/liter.

Jenis mikroplastik yang ditemukan merupakan jenis plastik yang sama digunakan pada kemasan galon sekali pakai, yakni PET.

Baca Juga: Studi Para Ahli Sebut Kopi Dapat Menurunkan Risiko Terpapar COVID 19

Sementara pengujian sumber mata air dari Sentul dan Situ Gintung menemukan mengandung mikroplastik juga dengan ukuran berkisar antara 3,20 μm hingga 66,56 μm.

Namun kandungan mikroplastik dalam sumber mata air lebih sedikit dibandingkan dalam air minum dalam kemasan atau AMDK. 

Artinya, keberadaan mikroplastik dalam AMDK galon sekali dapat berasal dari degradasi plastik kemasan itu sendiri.

Baca Juga: Hari Jantung Sedunia: Kenali Penyebab, Tanda dan Cara Mencegah Serangan Jantung

Mikroplastik dalam sampel memang tidak melebihi batas aman yang diberikan oleh WHO. Namun, demikian, bila dikonsumsi dalam jangka panjang, tentu berpotensi berisiko tinggi bagi kesehatan manusia.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik tahun 2016, sekitar 31% masyarakat Indonesia menjadikan AMDK sebagai sumber konsumsi air minumnya, dan angka tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan sumber air lainnya. 

Tingkat ketergantungan yang tinggi ini berpeluang menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan seperti kerusakan jaringan dan risiko kanker, bila produk tidak memperhatikan kemasan produknya. 

Baca Juga: 7 Menu Sarapan Untuk Bantu Kurangi Berat Badan

"Metode pengiriman alternatif harus menjadi pilihan utama bagi produsen, karena jelas plastik sekali pakai berpeluang mengancam kesehatan dan menambah beban lingkungan," ujar Afifah Rahmi Andini dari Greenpeace Indonesia.***

Editor: Arum Novitasari

Sumber: Greenpeace Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x