Resensi Al Abaraat: Tragedi Kekalahan Umat Islam dan Cinta Keturunan Bani Ahmar di Granada Andalusia

- 17 Oktober 2021, 14:53 WIB
Istana Alhambra, Granada, Andalusia, Spanyol.
Istana Alhambra, Granada, Andalusia, Spanyol. /Pixabay.com/dkatana

”Musuh hanya berpangkutangan menyaksikan para pemimpin mengobarkan semangat permusuhan pada pasukan masing-masing. Saat kaum muslim bercerai berai, mereka datang menerjang. Satu dua pukulan, semua bertekuk lutut,” ucap si kakek.

Setelah 20 tahun, tertinggal satu keturunan Abu Abdillah yang benama Said. Dia tidak lagi bisa melihat Marj (salah satu bagian dari Istana Merah di Granada yang terkenal indah dan air yang mengalir jernih) dan Jannah al 'Arief (perkebunan besar di Grananda).

Baca Juga: Resensi Novel Populer ‘Magdalena’, Kapal Van Der Wijck Pernah Dituduh Memplagiasinya

Dari Arab Said pun datang ke Andalusia menyamar sebagai dokter, dan berjalan menyusuri pinggiran Istana Granada.

Namun takdir tidak bisa ditebak, Said pun bertemu dengan gadis bercadar berkebangsaan Spanyol bernama Floranda saat Istana Merah terbuka.

Usai pertemuan pertama, keduanya berjanji bertemu dan Floranda yang diketahui seorang Rahib di Gereja mengajak Said menyusuri Istana Merah.

Baca Juga: Buku Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau, Kekuatan Syair Cinta Sastrawan Arab Nizar Qabbani

Rahasia Said yang merupakan seorang keturunan Bani Ahmar yang seharusnya mendapat gelar Putera Mahkota Granada pun terbongkar, namun keduanya justru saling jatuh cinta.

”Bagaimana mungkin engkau mencintai seorang gadis Nasrani yang tidak seagama denganmu?” tanya Floranda kala itu.

”Bisa saja. Karena agama itu bersumber dari keyakinan, berbeda dengan cinta. Pada dirimu kutemukan sifat-sifat yang aku suka. Maka aku pun mencintaimu demi sifat-sifat itu. Tak ada secuil pun yang terkait dengan keyakinanku,” jelas Said.

Halaman:

Editor: Arum Novitasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah