KABAR WONOSOBO – Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921, merupakan sosok yang disegani di kalangan Kepolisian Republik Indonesia.
Jenderal Hoegeng Imam Santoso merupakan sosok yang dikenal karena menjunjung tinggi nilai integritas.
Karakternya yang tegas dan teguh menjaga kehormatan ini juga terukir berkat guyonan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Baca Juga: Kejam! Seorang Petugas Polisi Ditabrak dan Terlindas Saat Mengejar Bandar Narkoba di Jawa Barat
“Di negeri ini hanya 3 polisi yang jujur yaitu : patung polisi, polisi tidur dan Hoegeng,” kelakar Gus Dur.
Gus Dur melontarkan lelucon tersebut di sela menyinggung pemberantasan korupsi pada masa itu.
Apalagi, Polri menjadi salah satu institusi yang diharapkan segera berbenah untuk menghadirkan citra yang lebih baik di masyarakat.
Baca Juga: Pria Ini Dapat Pesan Ancaman Usai Cuitkan 'Polisi Ganti Satpam BCA' di Twitter
Walaupun hanya menjabat tiga tahun sebagai Kapolri, namun Hoegeng telah membawa perubahan besar dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia.
Lalu seperti apakah sosok Pak Hoegeng hingga begitu membekas dalam benak seorang Gus Dur?
- Jujur dan berani membela pihak yang benar
Pada tahun 70-an, ada sebuah kasus pemerkosaan oleh anak pejabat terhadap pedagang telur.
Baca Juga: Kenali 6 Ciri Laki-Laki yang Jujur dan Setia, Salah Satunya Komitmen
Saat menjabat sebagai Kapolri, Pak Hoegeng geram karena korban malah mendapat hukuman dan akhirnya membentuk tim khusus.
Namun beliau diberhentikan tidak lama setelah melaporkan pembentukan tim itu kepada Presiden Soeharto.
- Pantang menerima suap dan memanfaatkan jabatan
Suatu hari cucunya ingin membuat SIM lalu minta tolong agar Pak Hoegeng memberikan surat pengantar ke polisi.
Tapi, isi suratnya ternyata menyuruh agar polisi tetap memperlakukan cucunya sebagai warga biasa.
- Bersikap santun kepada masyarakat kecil
Beliau pernah berdialog dengan para pengemudi becak di Jakarta yang melakukan pelanggaran.
Dengan dialog yang sangat santun, pelanggaran itu direspon dengan mengumpulkan para pengemudi dan mengajak mereka membuat kesepakatan.
- Giat berkarya di usia senja
Setelah diberhentikan dari Kepolisian, beliau pensiun dan mendapat uang gaji Rp 10.000 saja.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, beliau menjadi musisi, membawa acara radio dan melukis.
Di sela-sela aktivitasnya, Pak Hoegeng juga menyisipkan kritik-kritiknya terhadap pejabat yang memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri.***