Sumber lain dari artikel yang sama yaitu seorang profesor dan peneliti seksologi, Christoper K. Belous, PhD menyebutkan hal lain.
"Kesalahan tidak bisa dijatuhkan kepada salah satu orang dalam sebuah hubungan. Seringkali, perselingkuhan terjadi karena masing-masing menarik dan menjauhkan diri dari hubungan itu sendiri, dan merupakan gejala dari masalah yang besar," ungkapnya.
Profesor dan peneliti seksologi tersebut menggarisbawahi bahwa adanya 'tanggung jawab' dari dua orang yang terlibat dalam satu hubungan.
Adanya perselingkuhan bukanlah salah satu orang yang terlibat dalam hubungan saja.
Belous juga menyebut bahwa saat ini, masih ada sebagian orang yang berpendapat bahwa wanita lah yang 'bertanggung jawab membuat pria mereka bahagia.'
"Ini benar-benar kesalahan, dan hanya mitos dalam budaya kita. Wanita bukan hanya satu-satunya orang yang bertanggung jawab akan hubungan, seks, dan koneksi emosi," pungkas Christoper K. Belous, PhD.
Baca Juga: Medina Zein Ungkap Lukman Azhari Selingkuh: Bilang Ke Jakarta Tahunya Serumah Berbulan-bulan
Dugaan perselingkuhan Arawinda Kirana-Guiddo Purba dan Pangeran William-Rose Hanbury merupakan dua dari sekian contoh adanya 'blame on women' di tengah masyarakat.