Meskipun pada akhirnya agak menjadikan ‘9 dari Nadira’ tidak bisa dibedakan antara sebuah kumpulan cerita pendek, atau novel.
Namun, cara Leila Chudori bercerita dari waktu ke waktu yang mengalir dan terasa ‘masuk’ dengan penggunaan bahasa yang ‘dekat’ berhasil mengelabuhi kekurangan yang dihadirkan.
Baca Juga: Review Novel 'Amba' Laksmi Pamuntjak, Ambil Latar Kerusuhan G30S PKI
Nadira Suwandi, sebagai seorang perempuan
Kematian Kemala berpengaruh besar dalam hidup Nadira. Tidak hanya bagaimana ia memandang diri sebagai seorang anak terhadap ibu dan ayah, atau seorang adik terhadap kakak.
Nadira tumbuh menjadi seorang perempuan yang selalu mencari dan mencari. Ia tak seperti tak pernah lelah untuk bertanya tentang ini-itu yang terjadi dalam hidupnya.
Petualangan Nadira sebagai sosok perempuan yang tangguh, yang tidak ingin mencampuradukan dua hal berbeda dalam satu wadah, dan bagaimana ia berprinsip.
Nadira merupakan seorang jurnalis dari surat kabar Tera, sebagai seorang perempuan dan manusia biasa, ia dihadapkan pada segala hal sebagai problematika yang ‘lumrah’.
Hubungannya dengan Utara Bayu yang menjadi ‘ujung pencarian’ Nadira nyatanya tak pernah terwujud. Keduanya seperti menghadapi apa itu ‘permasalahan yang lumrah dihadapi oleh manusia’.