Akibat Kebakaran Hutan 2020, Kasus Gangguan Pernapasan di California Meningkat Tajam

11 Maret 2021, 23:17 WIB
Kebakaran hutan California Oktober 2020. /Reuters

KABAR WONOSOBO – Kebakaran hutan memiliki dampak yang sangat buruk baik dari segi lingkungan bahkan kesehatan. Selain rusaknya ekosistem hutan yang belum tentu bisa dipulihkan dalam hitungan dekade ada risiko lain bagi manusia.

Dampaknya pun tidak hanya terasa langsung ketika api masih berkobar, asap kebakaran hutan masih dapat menyebar dan menimbulkan bahaya bagi orang-orang di sekitar area kebakaran.

Asap kebakaran mungkin tidak tampak berbahaya secara kasat mata, tetapi berbagai bahan yang terkandung di dalamnya bisa menyebabkan gangguan bagi kesehatan.

Baca Juga: Timor Leste Berlakukan Lockdown Dili 8 hingga 15 Maret, Khawatir Tertular Covid-19 dari Indonesia

Para peneliti dari Scripps Institution of Oceanography di UC San Diego memeriksa data penerimaan pasien selama 14 tahun dari rumah sakit.

Dari data tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa partikel halus dalam asap kebakaran bisa beberapa kali lebih berbahaya bagi kesehatan pernapasan manusia daripada asap dari sumber lain seperti knalpot mobil. Perbedaan tersebut telah diidentifikasi dalam sebuah eksperimen di laboratorium.

Penelitian difokuskan di California Selatan di mana kasus kebakaran hutan sering terjadi. Dari penelitian tersebut peneliti berhasil mengungkap risiko dari sebuah partikel kecil di udara yang disebabkan oleh asap kebakaran.

Baca Juga: Beyonce Masuk 9 Nominasi Grammy Award 2021 , Simak Perjalanan Karirnya hingga Menang 24 Piala Emas

Partikel itu berukuran 2,5 mikron atau sekitar satu per dua puluh dari rambut manusia. Partikel tadi disebut dengan PM 2.5 yang dapat menembus saluran pernapasan manusia, memasuki aliran darah, dan merusak organ vital.

Kebakaran hutan yang terjadi di California kerap kali diiringi dengan adanya angin Santa Ana. Berdasarkan data dari Sistem Pemetaan The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), hal itu menyebabkan adanya peningkatan konsentrasi partikel PM 2.5 yang turut beredar di udara.

Polusi itu berpengaruh terhadap masalah kesehatan, dimana ditemukan data dari rumah sakit mengenai adanya peningkatan pasien gangguan pernapasan sebesar satu (1) persen.

Baca Juga: Apa Sebenarnya Gravitasi? Ini Besar Gaya Gravitasi yang Mampu Ditoleransi Manusia di Planet Lain

Saat dikaji kembali, asap kebakaran menyebabkan peningkatan risiko fatalitas sebesar 1,3 hingga 10 persen pada pasien dengan masalah pernapasan.

Di California selatan, angin Santa Ana menyebabkan kebakaran hutan paling parah. Angin bertiup dan membawa asap kebakaran ke wilayah pesisir yang berpenduduk lebih padat.

Kebakaran tersebut berpengaruh terhadap iklim dan menunda dimulainya musim hujan di kawasan itu.

Baca Juga: Mars Bisa Diubah Jadi Mirip Bumi, ‘Terraforming’ Jadi Alasan Lain Mengapa Red Planet Mungkin Dihuni (Bagian 2)

Selain itu, seiring pertumbuhan populasi di daerah perbatasan perkotaan dengan hutan, terjadi peningkatan risiko terjadinya kebakaran dan dampaknya bagi mereka yang tinggal di pedalaman dan berada di jalur angin.

“Ketika kondisi di California Selatan menjadi lebih panas dan kering, kami memperkirakan akan melihat peningkatan aktivitas kebakaran,” ujarnya Tom Corringham, anggota tim peneliti kebakaran California.

Studi ini menunjukkan bahaya akibat asap kebakaran mungkin lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Oleh karenanya sangat penting untuk memperkuat sistem deteksi kebakaran hutan dini dan upaya mitigasi perubahan iklim.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: sciencedaily.com

Tags

Terkini

Terpopuler