KABAR WONOSOBO – Pertemuan informal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diinisasi dan diadakan di Jakarta, Indonesia sebagai sebuah upaya level internasional terkoordinasi pertama untuk meredakan krisis di Myanmar.
Seperti diketahui, beberapa bulan belakangan ini Myanmar, salah satu negara anggota ASEAN tengah mengalami pergolakan demokrasi di negaranya.
Munculnya kudeta terhadap pemerintahan hasil pemilu telah memicu protes yang berujung pada penangkapan dan kematian sejumlah aktivis serta pemogokan nasional yang melumpuhkan kegiatan ekonomi.
Baca Juga: Berani Kritik Kudeta, Model dan Aktor Tampan Paing Takhon Dijemput 8 Truk Militer Myanmar
Pada pertemuan yang dihadiri pemimpin Indonesia, Vietnam, Singapura, Malaysia, Kamboja, dan Brunei Darussalam, serta Menlu Laos, Thailand, dan Filipina dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dari Myanmar tersebut, sebuah konsensus berisi lima poin telah dicapai.
Lima poin dalam konsensus tersebut adalah mengakhiri kekerasan, dialog konstruktif di antara semua pihak, utusan khusus ASEAN untuk memfasilitasi dialog, penerimaan bantuan dan kunjungan utusan ke Myanmar.
Para pemimpin ASEAN meminta komitmen dari Min Aung Hlaing untuk menahan pasukan keamanannya dari melakukan tindakan kekerasan.