Makin Terpuruk Pasca Konflik dan Perang, Ribuan Fasilitas Kesehatan di Afghanistan Terpaksa Ditutup

- 4 Oktober 2021, 17:26 WIB
Salah satu fasilitas kesehatan yang ada di Afghanistan
Salah satu fasilitas kesehatan yang ada di Afghanistan /reliefweb.int

KABAR WONOSOBO – Badan kesehatan Afghanistan memperingatkan pada minggu lalu bahwa lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telap ditutup di negara tersebut.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) penutupan fasilitas kesehatan di Afghanistan disebabkan kurangnya dana yang mendorong sistem kesehatan.

“Orang-orang mungkin akan setuju untuk bekerja tanpa gaji selama beberapa minggu. Tetapi begitu obat-obatan benar-benar habis, Anda tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada seseorang yang datang ke klinik Anda, maka yang terjadi adalah penutupan klinik tersebut,” kata Alexander Matheou, Direktur Asia Pasifik IFRC.

Baca Juga: Taliban: Wanita Afghanistan Diizinkan Belajar di Universitas dengan Syarat Kelas Dipisah Sesuai Jenis Kelamin

Efek dari empat dekade perang telah menghancurkan perekonomian Afghanistan, membuatnya terhenti sejak pengambilalihan pemerintahan oleh Taliban.

Keadaan ekonomi dari negara yang tengah dilanda konflik tersebut semakin diperburuk dengan adanya penghentian bantuan asing.

Hal ini sangat merugikan sektor kesehatan, terutama badan kesehatan yang dijalankan oleh organisasi non-pemerintah (LSM) dengan dana internal sebelum Taliban berkuasa.

Baca Juga: Taliban Larang Anak Perempuan Afghanistan Sekolah, Malala Yousafzai Sebut itu Memalukan

“Lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telah ditutup,” ungkap Matheou saat konferensi pers di Kabul dalam rangka kunjungan ke Afghanistan.

Matheou mengatakan bahwa lebih dari 20.000 petugas kesehatan di negara itu tidak lagi bekerja atau bekerja tanpa dibayar.

Dari total jumlah tersebut, lebih dari 7.000 orang diantaranya berasal dari kaum perempuan.

Baca Juga: SADIS! Taliban Gantung Empat Mayat Tersangka Penculik Menggunakan Mobil Derek di Depan Publik Afghanistan

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa kurang dari seperlima fasilitas kesehatan di Afghanistan masih berfungsi penuh, dengan dua pertiga di antaranya kekurangan obat-obatan penting.

Situasi ini pun memiliki konsekuensi buruk bagi negara tersebut, termasuk pada respons terhadap pandemi virus Corona.

Negara yang hingga saat ini hanya mencatatkan 1 persen tingkat penerimaan vaksin dosis pertama itu ternyata masih memiliki lebih dari 1 juta dosis yang menunggu didistribusikan.

Baca Juga: FBI Selidiki Kasus Dugaan Pelecehan Seorang Anggota Militer Wanita AS di Kamp Pengungsi Afghanistan

Sementara Matheou menyebutkan bahwa vaksin-vaksin Corona tersebut akan kedaluwarsa pada akhir tahun ini.

Krisis kesehatan yang melanda Afghanistan ini terjadi saat serangkaian krisis lainnya mengancam negara tersebut, mulai dari kekerasan yang memicu kekurangan pangan hingga penindasan massal.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa lebih dari 18 juta warga Afghanistan, separuh  dari total populasi di negara tersebut sangat membutuhkan bantuan, sedangkan sepertiganya berisiko dilanda kelaparan.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah