Tragedi Pengeboman Gedung MacDonald House Singapura Oleh Dua Marinir Indonesia Usman Harun

- 11 Maret 2022, 18:57 WIB
Gedung MacDonald House Singapura yang dibom Usman Harun.
Gedung MacDonald House Singapura yang dibom Usman Harun. /Wikipedia

KABAR WONOSOBO - Nama Usman Harun manjadi nama yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Nama keduanya dijadikan nama kapal perang Indonesia KRI Usman Harun.

Namun siapa sangka, Usman Harun adalah dua tersangka pengebom salah satu gedung tertinggi di Singapura pada saat itu,

MacDonald House berbata merah di 40A Orchard Road pada puncak Konfrontasi (konfrontasi).

Baca Juga: Mariupol Seperti 'Neraka', Dihantam Bom Rusia Setiap 30 Menit

Pada 10 Maret 1965, dua marinir Indonesia meledakkan sebuah bom seberat 11kg di gedung itu. Aksi itu menewaskan tiga orang dan melukai puluhan orang lainnya.

Usman Harun merupakan marinir di bawah Presiden Sukarno yang sangat menentang pembentukan Malaysia dengan menggabungkan sejumlah wilayah termasuk Singapura.

Gedung MacDonald House dibangun pada tahun 1945 oleh Singapura bekerja untuk membangun kembali dan bangkit dari abu.

Baca Juga: Anggota Boy Grup Dilaporkan Mengganggu Tetangga, Buat Suara Bising Di Apartemen

Gedung 10 lantai itu jadi pada tahun 1949 menjadi salah satu gedung tertinggi di Singapura pada saat itu dan gedung perkantoran pertama yang ber-AC.

Struktur ini dirancang oleh Reginald Eyre dari Palmer dan Turner, dan dinamai menurut Malcolm MacDonald, seorang komisaris jenderal Inggris yang sangat dicintai untuk Asia Tenggara dari tahun 1948 hingga 1955.9

Pada Rabu, 10 Maret 1965 menjadi hari kerja terakhir bagi 150 karyawan Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) yang berbasis di MacDonald House.

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan 'Godspeed' James Blake Tentang Cinta yang Suci

Sebuah bom meledak tujuh menit usai staf menutup bisnis pada pukul 3 sore.

Dinding bagian dalam lantai mezzanine menyerap kekuatan ledakan seperti halnya pilar bangunan.

Jendela dalam radius 90m dari ledakan pecah dan mobil yang diparkir di luar gedung juga mengalami kerusakan.

Baca Juga: Polisi Buru Pemilik Aplikasi Trading Binomo Indra Kenz, Diduga Ada di Indonesia

Staf bank yang kebingungan dan orang yang lewat bergegas ke tempat yang aman.

Tiga orang yakni petugas pengarsipan Juliet Goh, sekretaris pribadi Suzie Choo, dan sopir Yasin Kesit, yang duduk di luar gedung meninggal hari itu. Sementera 33 lainnya luka-luka.

Korban selamat seperti Pendeta Kenny Yeo, yang berusia 23 tahun pada saat kejadian, telah vokal dalam berbicara menentang tindakan teror.

Baca Juga: Lirik dan Makna Lagu 'Dear Diary' Els Warouw Populer Di TikTok dan Instagram

Yeo mengatakan dia sedang berjalan ketika bom meledak. Dia mengenang: “Bola mata saya terlepas dari rongganya, dan saya mendapat sekitar 366 jahitan.”

Konfrontasi yang eksplosif
Investigasi mengarah agak cepat ke penangkapan Osman bin Haji Mohamed Ali dan Harun bin Said – pasukan komando angkatan laut Indonesia di usia 20-an.

Berpakaian sebagai warga sipil, mereka meninggalkan bahan peledak nitrogliserin di dekat lobi lift lantai mezzanine gedung.

Baca Juga: Dirumorkan Kencan dengan Jay ENHYPEN, Yuna ITZY Respon Cepat Bungkam Kabar Beredar

Tindakan terorisme dikutuk oleh Wakil Perdana Menteri saat itu Toh Chin Chye sebagai “tindakan kekejaman yang tidak masuk akal”.
Kedua marinir ini kemudian digantung pada 17 Oktober 1968.***

Editor: Arum Novitasari

Sumber: ROOTS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah