Gorila El Nino, Fenomena El Nino Berkepanjangan Ancam Musim Tanam Mundur ke Maret 2024

- 10 November 2023, 22:35 WIB
Ilustrasi kebakaran lahan karena El Nino
Ilustrasi kebakaran lahan karena El Nino /Pexels.com

KABAR WONOSOBO - El Nino adalah fenomena yang beberapa bulan terakhir menyebabkan hawa panas di Indonesia. El Nino adalah fenomena alam yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur dan ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut yang signifikan.

Hingga saat ini, Penyebab El Nino masih belum sepenuhnya dipahami, namun para ahli percaya bahwa El Nino disebabkan oleh interaksi antara atmosfer dan lautan serta kondisi iklim di sekitarnya.

Akibatnya, sejumlah wilayah Indonesia mengalami fenomena suhu terik, bahkan mencatatkan suhu terpanas yang pernah ada. Di skala global, dunia pun dihadapkan dengan pemanasan global yang diperkirakan belum akan berubah dalam waktu dekat.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi suhu panas di Indonesia akibat fenomena El Nino terebut berlangsung hingga Oktober 2023, meskipun hingga November masih belum dirasa perubahannya.

Baca Juga: Kebakaran Sumbing Dinyatakan Padam di Hari ke 3, Tidak Dilakukan Water Bombing dan Terus Dipantau

Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto yang mengatakan, suhu panas di Indonesia baru mulai menurun pada November 2023.

Sementara itu, dari informasi terbaru Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi pengaruh El Nino akan berlangsung hingga Februari hingga Maret 2024 mendatang. Maka kondisi itu menuntut kesiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga efek lain seperti kekeringan dan hilangnya pasokan air bersih.

Fenomena El Nino akan berlangsung hingga Maret 2024 inilah yang menurut para ahli memicu terjadinya musim kemarau.

Meski begitu, BMKG menyebut pengaruh El Nino akan berkurang saat masuk musim hujan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga telah menyebut sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan pada November 2023.

Baca Juga: BPBD Wonosobo Laporkan Kebakaran Sumbing Mencakup 3 Desa dengan Luasan Lahan lebih dari 200 Hektar

Hingga saat ini, sejumlah kota di Indonesia bahkan disebut mengalami fenomena neraka bocor dengan suhu maksimum di antara 35,4-38 derajat selsius, terutama di siang hari. Terakhir, di Jabodetabek suhu panas mencapai 35-37 derajat selsius.

Terkait hal itu, El Nino disebut akan jadi ancaman serius di Indonesia dan berpotensi dapat berubah menjadi Gorila El Nino. Hal itu didasarkan pada kajian BRIN mengungkapkan jika El Nino disebut jadi penyebab fenomena kenaikan suhu yang ada di Indonesia.

Dijelaskan Peneliti Klimatologi Pusat Iklim & Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin mengatakan EL Nino Gorila tersebut merupakan kondisi perubahan El Nino yang dari melemah kembali menguat bahlan siklusnya memanjang.

"Kondisi ini akan menunda musim hujan sehingga bisa berdampak ke siklus tanam dan produksi pangan," katanya.

Baca Juga: Waspada! 6 Tips Menjaga Agar Mobil Tetap Prima di Tengah Cuaca Panas Akibat Kemarau Panjang

Dari sisi ekonomi, Ekonom UI, Fithra Faisal melihat dampak risiko perubahan iklim hingga El Nino seharusnya sudah diantisipasi utamanya terkait efeknya terhadap sektor pangan. Sehingga disebut penting untuk menjaga pasokan pangan mengingat sejumlah negara dunia mulai menahan impor pangannya.

Dampak EL Nino di Indonesia disebut berpengaruh ke sektor pertanian dan ekonomi Nasional.

Menurut Dwikorita beberapa wilayah Indonesia seperti Semarang dan Kertajati Majalengka mengalami panas ekstrem hingga mencapai suhu tertinggi harian mencapai 38 derajat celsius.***

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah